Bisnis.com, JAKARTA - Nvidia meluncurkan platform perangkat lunak bertenaga AI yang memungkinkan penelitian teknologi 6G melalui simulasi lingkungan komunikasi di komputasi awan (cloud). Di Indonesia, Nvidia jalin kerja sama strategis dengan Indosat (ISAT).
Keduanya bekerja sama dalam pengembangan pusat data dengan dukungan kecerdasan buatan (AI).
Teknologi baru untuk komunikasi yang dikenal sebagai 6G – penerus 5G – diperkirakan akan diluncurkan secara komersial sekitar tahun 2030.
Nvidia melaporkan perangkat lunak dan AI makin banyak digunakan di sektor telekomunikasi, termasuk perangkat keras RAN (jaringan akses radio) seperti stasiun pangkalan dan antena.
Platform Nvidia akan menyertakan aplikasi yang menyimulasikan lingkungan seperti menara seluler tunggal atau seluruh kota, sehingga memungkinkan peneliti dan organisasi menguji jaringan 6G secara real time.
Nvisi menyampaikan di antara pengguna pertama platform ini adalah Ansys, Nokia, Samsung, SoftBank Corp, dan Universitas Northeastern di Boston.
“Peningkatan besar-besaran pada perangkat yang terhubung dan sejumlah aplikasi baru di 6G akan membutuhkan lompatan besar dalam efisiensi spektral nirkabel dalam komunikasi radio,” kata Wakil Presiden Senior Telekomunikasi Nvidia Ronnie Vasishta, dikutip dari Reuters, Selasa (19/3/2024).
Seorang analis mengatakan bahwa pemasok peralatan telekomunikasi tidak lagi menjadi satu-satunya pendorong di pasar infrastruktur seluler, dan mereka harus bermitra dengan perusahaan cip dan vendor cloud.
Dalam perkembangannya, Hasil sidang World Radiocommunication Conference (WRC) 2023 memutuskan Indonesia dapat menggelar 5G dan 6G di spektrum frekuensi 7 GHz. Terdapat pita selebar 100 MHz di rentang 7025-7125 MHz yang dapat digunakan untuk kedua teknologi baru tersebut.
Selain itu, sidang WRC 2023 juga memutuskan bahwa Indonesia mendapatkan 2 alokasi baru yaitu pada Dinas Radiolokasi dan Dinas Bergerak Penerbangan.
Pemanfaatan spektrum di Dinas Radiolokasi digunakan untuk implementasi Wind Profiler Radar guna pemantauan cuaca. Sementara itu spektrum di Dinas Bergerak Penerbangan untuk aplikasi nonsafety, atau untuk mendeteksi titik api saat terjadi kebakaran.
“Hasil sidang WRC pita 7 GHz untuk jaringan seluler 5G/6G,” tulis dalam akun instagram SDPPI_Kominfo, dikutip Senin (25/12/2023).
Dilansir dari Mobile World Live, para peneliti dari Nokia Bell Labs dan Ericsson menyebutkan ketersediaan spektrum dalam rentang sentimeter antara 7GHz dan 15GHz merupakan hal yang penting bagi 6G untuk memenuhi potensinya. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)