Hadapi Serangan Peretas, Perusahaan Simulasi Ancaman Siber dengan Agentic AI

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 9 Agustus 2025 | 08:15 WIB
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — NVIDIA dan Trend Micro Incoporated, perusahaan yang fokus pada keamanan siber, mendorong teknologi Digital Twin berbasis kecerdasan buatan (AI) Agentik untuk memperkuat keamanan di ruang digital.

Teknologi ini mampu mensimulasikan ancaman siber di dunia nyata untuk menghadapi peretas yang juga makin kreatif dalam memanfaatkan Ai. 

Senior Engineering Director Agentic AI di NVIDIA Bartley Richardson mengatakan dalam lanskap keamanan siber yang terus berubah dengan cepat saat ini terlebih di era AI. 

“Organisasi memerlukan solusi proaktif yang dapat mengantisipasi dan menangkal potensi ancaman sebelum terjadi,” kata Bartley dikutip Sabtu (9/8/2025).

Dia menjelaskan dengan dukungan NVIDIA NIM microservices, NVIDIA dan perusahaan keamanan siber, Trend, membawa teknologi keamanan siber digital twin untuk menghadirkan perlindungan berbasis AI ke infrastruktur perusahaan.

Inti dari model ini adalah penerapan teknologi Digital Twin yang digabungkan dengan agentic AI dari Trend.

Melalui simulasi yang sangat presisi dan terus diperbarui pada infrastruktur organisasi, Trend memungkinkan tim keamanan untuk memvisualisasikan risiko, menguji berbagai skenario dengan aman, serta mengambil keputusan berbasis data secara cepat demi meningkatkan ketahanan dan meminimalkan gangguan bisnis.

Pergeseran dari penilaian berkala ke simulasi cerdas yang berkelanjutan ini menandai evolusi besar dalam keamanan siber proaktif.

Organisasi kini dapat selangkah lebih maju dari para peretas, memperkuat lingkungan digital mereka, dan melindungi operasi penting dari lanskap ancaman yang terus berubah. 

Teknologi telah menggeser praktik keamanan dari yang bersifat statis dan reaktif menjadi dinamis dan prediktif, memungkinkan peningkatan nyata dalam berbagai skenario kritis. 

Group Vice President, Security & Trust  IDC Frank Dickson mengatakan seiring dengan perpindahan ancaman siber ke infrastruktur IT, keamanan proaktif menjadi sangat krusial.

Dia mengatakan terkadang, saat perusahaan ingin memperkuat keamanan, pengetesan jaringan produksi justru menyebabkan downtime, sehingga sulit untuk mengekspos kerentanan atau celah yang ada serta menguji langkah-langkah perlindungan. 

“Siklus simulasi serangan dan validasi pertahanan menjadi tools yang bernilai untuk memastikan organisasi tetap selangkah lebih maju dalam menghadapi ancaman siber, sembari memperhatikan kerentanan di beberapa lingkungan operasional,” kata Frank. 

Sebelumnya, dilansir dari TechRadar, peneliti keamanan sekaligus GenAI Bug Bounty Programs Manager di Mozilla Marco Figueroa menemukan “prompt injection”, sebuah teknik peretasan dengan menyusupkan perintah tersembunyi ke dalam isi email.

Perintah ini disamarkan menggunakan HTML dan CSS, seperti menyetel ukuran huruf menjadi nol atau mengubah warnanya menjadi putih agar tak terlihat oleh pengguna, tetapi tetap bisa dibaca oleh pengguna Gemini AI. 

Peretas melalui Gemini AI dapat menampilkan pesan palsu kepada korban. Peretas akan mengirim pesan yang memberi tahu bahwa akun korban telah diretas dan meminta pengguna menghubungi nomor tertentu yang ternyata milik penipu. 

Sementara itu, Laporan Kaspersky menyebut penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi menghadirkan ancaman siber yang lebih serius bagi industri konstruksi dan manufaktur di Asia Tenggara.  

Data Kaspersky terbaru menunjukkan peningkatan persentase objek berbahaya yang diblokir di komputer ICS pada sektor konstruksi dan manufaktur pada kuartal I/2025 untuk wilayah Asia Tenggara. 

Dibandingkan dengan rata-rata global, persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahaya pada kawasan Asia Tenggara lebih tinggi.  

Ditemukan persentase di sektor konstruksi 1,5 kali lebih tinggi. Disusul manufaktur 1,3 kali lebih tinggi, dan otomatisasi bangunan, tenaga listrik, serta teknik dan integrator ICS dengan persentase 1,2 kali lebih tinggi. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami