Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas pemimpin teknologi Indonesia menyatakan keinginannya untuk meningkatkan kekuatan jaringan perusahaan untuk mengimbangi adopsi kecerdasan buatan (AI) yang berjalan sangat cepat di Indonesia.
Para pemimpin merasa infrastruktur yang ada saat ini tidak cukup mumpuni untuk menghadapi teknologi AI yang butuh transportasi data dengan sangat cepat.
Dalam laporan Cisco terbaru, pemimpin perusahaan merasakan perubahan cara kerja yang disebabkan oleh kehadiran asisten AI, agen AI, dan beban kerja berbasis data.
Hal tersebut telah menciptakan lalu lintas jaringan yang lebih cepat, lebih dinamis, lebih sensitif terhadap latensi, dan juga lebih kompleks.
Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu mengatakan ketika perusahaan-perusahaan di Indonesia dan di seluruh dunia mulai memanfaatkan kekuatan AI, jaringan menjadi fondasi penting yang memungkinkan AI bisa bekerja dengan baik.
Untuk memenuhi kebutuhan bisnis masa depan dan menghadapi ancaman yang terus berkembang, jaringan saat ini harus lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih resilien.
“Perusahaan-perusahaan harus menyadari bahwa jaringan modern adalah kunci untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesuksesan di masa mendatang,” ujar Marina dikutip Jumat (8/8/2025).
Riset Cisco terbaru mengungkap sebanyak 98% perusahaan di Indonesia menganggap jaringan modern penting untuk AI, IoT, dan cloud. Kemudian, 98% pemimpin IT juga berencana meningkatkan porsi anggaran untuk jaringan dalam keseluruhan belanja IT mereka.
Seluruh pemimpin IT mengatakan jaringan yang aman penting untuk operasional dan pertumbuhan perusahaan, dan 86% diantaranya menyebutnya sangat krusial. Sebanyak 97% percaya bahwa peningkatan kualitas jaringan akan memperkuat keamanan siber.
Mereka juga menegaskan jaringan yang resilien menjadi kebutuhan utama, terutama karena 60% saat ini pernah mengalami gangguan serius — sebagian besar akibat serangan siber, beban jaringan yang besar, dan kesalahan konfigurasi software – yang mengakibatkan kerugian hingga US$160 miliar akibat dari satu gangguan parah per perusahaan, per tahun.
“58% pemimpin IT menyebut dampak terbesar jaringan modern terhadap pendapatan adalah penerapan AI yang bisa melakukan personalisasi, sehingga pengalaman pelanggan menjadi lebih personal dan lebih cepat, yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas pelanggan dan pertumbuhan bisnis,” kata Marina.
Para pemimpin IT sudah menghasilkan nilai finansial dari jaringan modern saat ini — terutama melalui peningkatan pengalaman pelanggan (61%), meningkatkan efisiensi (74%), dan dukungan terhadap inovasi (62%). Tetapi banyak dari nilai finansial ini berisiko hilang jika infrastrukturnya belum siap untuk AI atau skala real-time.
Untuk bisa mendukung potensi pertumbuhan dan penghematan secara maksimal, para pemimpin IT harus menutup sejumlah celah penting seperti sistem yang terfragmentasi (45%), implementasi yang belum lengkap (63%), dan ketergantungan pada pengawasan manual (44%).
Riset terbaru Cisco menunjukkan bahwa para CEO di seluruh dunia memiliki pemahaman yang serupa dengan para pemimpin IT mengenai pentingnya infrastruktur di era AI.
Sebanyak 97% tengah memperluas pemanfaatan AI, dan 78% mengandalkan CIO atau CTO dalam pengambilan keputusan investasi.
Mereka juga menyadari bahwa infrastruktur lama yang sudah ketinggalan akan menghambat pertumbuhan. Seiring dengan pergeseran arsitektur yang signifikan dalam jaringan perusahaan, manajemen perusahaan mendukung pemimpin teknologi mereka untuk mengawalinya dengan transformasi jaringan — dan 96% meyakini kemitraan yang terpercaya akan menjadi kunci sukses. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)