NASA Siapkan Misi Hancurkan Asteroid Berpotensi Picu Hujan Meteor

Redaksi
Kamis, 29 Agustus 2024 | 09:50 WIB
Penampakan kapsul berisi sampe Asteroid Bennu/dok. akunX Nasa
Penampakan kapsul berisi sampe Asteroid Bennu/dok. akunX Nasa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Jutaan pecahan batu angkasa kecil asteroid berpotensi untuk menabrak Bumi dan Mars setelah NASA secara sengaja menabrakkan wahana antariksanya ke asteroid dua tahun lalu.

Menurut sebuah studi baru, pecahan tersebut dapat mulai menghantam Bumi dalam satu dekade. Meskipun tidak berisiko bagi kehidupan di Bumi, hal ini dapat memicu hujan meteor pertama yang disebabkan oleh ulah manusia.

Dilansir dari Live Science, wahana antariksa NASA yang bernama Double Asteroid Redirection Test (DART) telah menabrak asteroid Dimorphos secara sengaja pada 26 September 2022 lalu.

DART menghantam batu angkasa dengan kecepatan sekitar 15.000 mph (24.000 km/jam) tepat di bagian tengahnya. Tabrakan tersebut terjadi pada lokasi yang sangat jauh dari Bumi, yaitu lebih dari 7 juta mil (11 juta kilometer).

Tabrakan yang dibuat NASA tersebut merupakan uji coba pertama untuk membuktikan apakah manusia dapat mengalihkan asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi. Meskipun misi tersebut merupakan suatu keberhasilan besar, faktanya hal ini juga dapat menimbulkan fenomena baru.

Selain mengubah lintasan Dimorphos, DART juga mengubah bentuk asteroid tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa misi ini menjadi opsi yang berpotensi untuk melindungi Bumi dari asteroid yang berbahaya.

Menurut foto-foto yang diambil setelah tabrakan, pecahan puing asteroid dalam ukuran besar menjadi menyebar ke luar angkasa. Menurut para peneliti, puing besar tersebut dapat menghantam Mars dalam beberapa dekade mendatang. Tidak satu pun diperkirakan akan menghantam Bumi.

Namun, sebuah studi baru justru menyoroti hal lainnya. Menurut studi tersebut, para peneliti mengalihkan perhatiannya pada bagian pecahan Dimorphos yang lebih kecil.

Pecahan tersebut tidak berbahaya karena ukurannya sangat kecil–antara 30 mikrometer hingga 10 sentimeter. Kecepatan yang tinggi pun akan menghancurkannya di atmosfer. Namun, kedatangannya akan memicu pertunjukan cahaya yang indah di langit.

Hingga saat ini, belum ada kepastian terkait kapan pecahan-pecahan ini akan sampai ke Bumi. Pecahan terkecilnya–yang kemungkinan melaju dengan kecepatan hingga 5.400 km/jam–dapat mencapai Bumi dalam waktu tujuh tahun.

Sementara, pecahan yang lebih besar akan bergerak empat kali lebih lambat dan diperkirakan tidak akan sampai dalam waktu lebih dari 30 tahun. Pecahan tersebut dapat terlihat saat terbakar di atmosfer–yang dijuluki "Dimorphids" oleh para peneliti. (Rafi Abid Wibisono)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper