Segudang Tantangan Industri Telekomunikasi Era Jokowi, Kabel Laut hingga Satelit

Rika Anggraeni
Jumat, 23 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Satelit Satria saat diluncurkan dari Florida, Amerika Serikat/doc. istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Selama 10 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), Industri telekomunikasi dihadapkan pada segudang masalah yang diharapkan dapat terselesaikan di era kepemimpinan baru Prabowo Subianto.

Permasalahan tersebut merata di seluruh segmen mulai dari pengusaha sistem komunikasi kabel bawah laut (SKKL) hingga satelit. 

Ketua bidang Restorasi & Facility Management Askalsi Sugiharto mengatakan di tengah permintaan penggelaran kabel laut internet terus mengalami pertumbuhan seiring dengan adopsi internet yang makin luas di masyarakat, lahir tantangan zonasi kabel yang makin rapat khususnya di antara wilayah sekitar Pulau Jawa - Sumatra, Jawa Kalimantan dan Kalimantan - Sulawesi. 

Zonasi kabel menjadi makin rapat dan sempit, yang membuat risiko kabel putus makin besar. 

“Karena banyak yang masuk itu menjadi mepet, sangat dekat. Ini jadi risiko karena perbaikan itu 2x kedalaman air. Jika kabel digelar secara berdekatan kemungkinan akan putus, saat perbaikan kabel karena kabel lain ikut tertarik saat diangkat,” kata Sugiharto dalam diskusi forum Bisnis Indonesia Forum bertajuk ‘Sektor Telekomunikasi Dikepung Masalah, Bagaimana Arah Industri ke Depan’ di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Sugiharto menambahkan untuk menghindari kecelakaan putus kabel, Askalsi berharap pemerintah melakukan kajian terhadap kabel laut agar letak kabel pemain global dan lokal tidak saling berdekatan. 

Selain itu, kata Sugiharto, Askalsi juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan dengan memberikan area laut yang bersih dari rumpon atau alat bantu untuk menangkap ikan. 

Kabel serat optik bawah laut kerap mengalami gangguan karena tertarik oleh rumpon alat penampak ikan. Beberapa pemain merasakan hal ini khususnya yang memiliki kabel di wilayah sekitar Medan dan area Papua.

Sementara itu, Kepala Bidang Media Asosiasi Satelit Indonesia Firdaus Adinugroho mengatakan satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) memiliki dua sisi bagi industri satelit dalam negeri. 

Pada satu sisi itu merupakan bala bantuan pemain dalam negeri untuk meningkatkan kapasitas dan mempercepat distribusi internet pemain lokal ke daerah-daerah yang rural, tetapi di sisi yang lain ketika pemain LEO diperbolehkan untuk berjualan di ritel menjadi ancaman bagi ekosistem internet Indonesia termasuk bagi para penyedia layanan internet tetap. 

Perangkat penangkap sinyal Starlink
Perangkat penangkap sinyal Starlink

Pemain internet tetap yang telah susah payah menarik kabel ke daerah rural untuk meraup pasar, kalah cepat dengan satelit LEO seperti Starlink. 

“Menjadi gangguan bagi para pemain satelit khususnya anggota APJII yang sudah susah payah untuk masuk ke daerah rural,” kata Firdaus.

Untuk mengatasi masalah ini, Firdaus mengusulkan agar pemain-pemain dengan teknologi LEO atau yang sejenis hanya diperuntukan sebagai backhaul sehingga APJII masih dapat masuk ke pasar ritel. 

Selain persaingan Starlink, kata Firdaus, tantangan lainnya yang akan dihadapi pemain satelit dalam 2-3 tahun ke depan adalah rencana lelang spektrum frekuensi 3,5 GHz untuk layanan seluler khususnya 5G. 

Saat ini sejumlah pemain satelit masih menggunakan spektrum tersebut untuk melayani masyarakat hingga aktivitas finansial. Hadirnya layanan internet bergerak berpotensi mengganggu layanan pemain eksisting. 

Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan perangkat dan alat khusus agar tidak terjadi gangguan atau interferensi jaringan. Investasi untuk pengadaan perangkat tersebut membutuhkan modal besar. 

Harapan kepada Prabowo-Gibran

Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) berharap isu terkait fiber optic hingga fixed broadband menjadi perhatian di era Prabowo—Gibran, terutama dalam hal regulasi.

Ketua Umum APJATEL Jerry Siregar mengatakan bahwa industri telekomunikasi masih dihadapi dengan sejumlah isu yang belum diselesaikan, seperti perizinan hingga sewa jaringan utilitas terpadu.

 “Tarif sewa jaringan utilitas itu masih terjadi mindset yang berbeda dari pimpinan-pimpinan daerah,” kata Jerry saat ditemui Bisnis di Jakarta, Rabu (21/8/2024)

Jerry menyampaikan bahwa saat ini sudah ada perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjadi Permendagri Nomor 7 Tahun 2024.

Pada pasal 128 nomor 6 dan 7, Jerry menjelaskan bahwa beleid itu berbunyi jika pemerintah daerah (Pemda) dan pemerintah kota (Pemkot) tidak melaksanakan atau membangun sarana jaringan utilitas terpadu, maka Pemda Pemkot tersebut tidak dapat menerapkan penarikan biaya sewa jaringan fiber optic. 

“Tapi jika mereka atau Pemda Pemkot dalam hal ini membangun sarana jaringan utilitas terpadu, maka faktor penyewa sebesar 4–16%,” imbuhnya. 

Jaringan tulang punggung serat optik
Jaringan tulang punggung serat optik

Di samping itu, Jerry juga berharap adanya kesepahaman terhadap objek vital nasional terhadap fiber optic, sehingga kecepatan dan percepatan terhadap penggelaran jaringan bisa lebih dicapai. Serta, perlu ada kajian terukur semacam moratorium baik dari sisi daya beli masyarakat, efektivitas mitigasi risk management.

“Juga bagaimana dapat menggunakan atau penggunaan terhadap jaringan utilitas fiber optik supaya meningkatkan UMKM, pendapatan asli daerah dan dapat digunakan kepada hal yang positif, seperti mencegah judi online hingga pornografi,” ungkapnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menaruh harapan di era kepemimpinan Prabowo—Gibran periode 2024–2029.

Asosiasi berharap industri telekomunikasi dan industri internet bisa semakin baik. APJII juga berharap masyarakat bisa mendapatkan manfaat yang cukup besar, baik dari sisi pemerataan akses internet maupun kualitas.

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper