Starlink Masuk RI, Jumlah Penonton TV via Smartphone Diramal Tembus 100 Juta

Rika Anggraeni
Rabu, 3 Juli 2024 | 18:41 WIB
Perangkat Starlink. / dok. Starlink
Perangkat Starlink. / dok. Starlink
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga penyiaran swasta (LPS) didorong untuk turut mengambil pasar penonton televisi via smartphone. Kehadiran satelit orbit rendah Starlink diramal dapat membuat jumlah penonton televisi lewat smartphone bisa mencapai 100 juta penonton. 

Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Mastel Hardijanto Saroso mengatakan pemain penyiaran harus sudah mulai mengincar pasar penonton mobile yang sehari-hari menggenggam smartphone. Menurutnya, penonton mobile di Tanah Air cukup besar seperti penonton fixed atau penonton di rumah. 

Jumlah tersebut diperkirakan akan makin besar seiring dengan kehadiran Starlink, satelit orbit rendah milik Elon Musk yang dapat memberikan internet dengan kecepatan di atas 100 Mbps.

“Audiencenya bisa mencapai 20-25 jutaan. Kalau tidak dikelola, kemudian Starlink masuk audiencenya bisa jadi 100 juta, itu mau diapakan?” kata Hardijanto di Jakarta, Rabu (3/7/2024). 

Hardijanto mengakui saat ini harga langganan Starlink masih Rp750,000 per bulan denga harga perangkat Rp5,9 juta. Namun, sebagai orang terkaya di dunia, Elon Musk tidak menutup kemungkinan untuk membuat harga layanan Starlink menjadi Rp0,-. 

“Ada tangan lain di belakang Elon Musk, jadi Rp0,-Ini ngeri, nanti semua menara tidak berfungsi. Ini harus siap,” kata Hardijanto. 

Hardijanto menambahkan bahwa industri penyiaran juga akan berubah dengan kehadiran kecerdasan buatan. 

Sistem produksi akan sangat bergejolok dengan AI yang makin canggih. Gambar yang awalnya hanya foto statis, ke depan dapat berbicara. 

“Streaming nantinya harus berdasarkan dari uni klaster, berdasarkan IP basis. Itu sudah ngeri-ngeri sedap. Penyiaran harus menyiapkan server,” kata Hardijanto. 

Sebelumnya, Wakil Presiden KH. Maruf Amin meminta seluruh lembaga penyiaran swasta dan publik agar tidak hanya mengejar rating untuk mendapatkan peringkat.

Menurutnya, seluruh lembaga penyiaran di Indonesia harus mengutamakan kualitas dan konten siaran yang tidak hanya bisa menghibur masyarakat, tetapi juga bisa memberikan edukasi ke publik.

Selain itu, menurut Maruf, lembaga siaran juga harus mengedepankan nilai toleransi, sehingga tercipta persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper