Bisnis.com, JAKARTA - Apple, perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS) milik Tim Cook, memangkas produksi dan pengiriman perangkat Vision Pro dikarenakan permintaan pasar yang menurun.
Menurut laporan dari analis Apple Ming-chi Kuo, Apple berencana mengirimkan sekitar 400.000-450.000 unit, jauh dari angka sebelumnya yang diprediksi pasar sekitar 700.000 unit.
Vision Pro awalnya diluncurkan di Amerika Serikat pada Februari 2024 dan hingga kini belum dirilis di negara lain. Dibanderol dengan harga US$3.500 atau Rp56,7 juta (kurs Rp16.210), membuat produk ini sulit dijangkau oleh khalayak luas.
Pada masa pre-order, Apple Vision Pro dilaporkan sudah terjual sebanyak 200.000 unit Januari lalu. Namun, Kuo melihat penurunan minat setelah periode pre-order dengan hanya menjual sekitar 160.00 hingga 180.000 saja.
Menurut Kuo, permintaan yang turun terhadap produk ini di AS, membuat Apple mengambil langkah hati-hati terhadap permintaan pasar di luar Amerika Serikat. Apple kemungkinan akan meluncurkan Vision Pro di 9 negara tahun ini, termasuk China, Jepang, Singapura, UK dan lainnya.
Kuo juga yakin Apple kini akan menyesuaikan peta jalan perangkat tersebut. Dia mengatakan mungkin tidak ada headset baru dari Apple tahun depan.
Laporan dari pengguna awal cukup beragam, banyak yang memuji kemampuan teknis perangkat ini sementara yang lain mengeluhkan beratnya perangkat tersebut jika dipakai berlama-lama dan harganya yang mahal.
Penulis dan pengguna Vision Pro Cathy Hackl mengatakan "ada teknologi yang bernilai $3.500 di Vision Pro, namun belum bernilai $3.500 untuk konsumen massal, setidaknya belum."
Bahkan, beberapa pengguna gelombang pertama mengembalikan produk tersebut dalam waktu 14 hari setelah pembelian.
Pakar produk Parker Ortolani berpendapat Vision Pro dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah.
"Ini sangat tidak nyaman untuk dipakai bahkan untuk jangka waktu singkat karena bobotnya dan desain strapnya. Saya ingin menggunakannya, tetapi saya membencinya setiap kali harus mengenakannya," kata Ortolani.
Vision Pro merupakan komputer spasial dengan generasi pertama yang berisi perangkat keras canggih, membuat perangkat tersebut sulit untuk diproduksi, menurut laporan Kuo.
Namun, menurut Direktur Pelaksana di agensi produksi digital Unit9, Rosh Singh, Vision Pro belum bisa dikatakan sebuah kegagalan.
Singh menekankan bahwa meluncurkan produk baru memerlukan waktu dan tidaklah mudah, terutama dengan teknologi yang baru dikenal dan pasar yang terus berkembang.
“Jangan salah, dengan Apple, Meta, Microsoft, Google, dan lainnya yang mendorong komputasi spasial untuk menjadi platform komputasi arus utama berikutnya, kita masih berada di awal perjalanan ini.”
Pusing
Sebelumnya, sejumlah pembeli pertama kacamata VR/AR milik Apple, Vision Pro, mengembalikan produk tersebut ke toko tempat mereka membeli. Para pembeli merasa tidak nyaman, pusing, hingga mual setelah menggunakan kacamata seharga US$3.500 atau Rp54,7 juta itu.
Dilansir dari The Verge, Senin (19/2/2024), pengguna juga mengeluhkan bobot perangkat yang berat, yang sebagian besar berada di bagian depan.
Seorang insinyur lain juga mengungkapkan pengalaman negatifnya di media sosial X, mengeluhkan bahwa pengalaman pemrograman di Vision Pro tidak meyakinkan dan masalah fokusnya menyebabkan sakit kepala.
Pakar produk Parker Ortolani berpendapat Apple Vision Pro dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah. Setidaknya satu orang mengalami pengalaman serupa dengan mata memerah.
"Meskipun begitu menyenangkan digunakan seperti yang saya harapkan, itu sangat tidak nyaman untuk dipakai bahkan untuk jangka waktu singkat karena bobotnya dan desain strapnya. Saya ingin menggunakannya, tetapi saya membencinya setiap kali harus mengenakannya," kata Ortolani.
Diketahui, Vision Pro pertama kali dijual oleh Apple pada 2 Februari 2024. Apple memperbolehkan pengembalian produk dalam waktu 14 hari setelah pembelian dan untuk gelombang pertama pembeli Vision Pro.
Adapun 2 pekan setelah diluncurkan, sebagian pembeli Apple Vision Pro merasa sudah kehilangan sensasi awalnya. Bukanlah kebetulan bahwa ada lonjakan pengguna Vision Pro yang mengumumkan pengembalian headset mahal tersebut dalam beberapa hari terakhir.
"Ini terlalu mahal dan sulit untuk mencoba terbiasa dengan sakit kepala dan ketegangan mata yang saya alami,” kata Ortoloni.
Sementara itu salah seorang pengguna Reddit menambahkan bahwa jika perangkat ini tidak memberikan produktivitas yang memadai, tidak cocok untuk hiburan, dan terdapat sedikit games yang tersedia. Dia merasa Apple Vision Pro tidak butuh disimpan.
Pendapat yang serupa juga disampaikan Manajer Senior Google Carter Gibson. Dia kesulitan dalam melakukan multitasking antar ‘windows’. Gibson juga meragukan efisiensi dalam membuat slide di Vision Pro dibandingkan dengan menggunakan mouse dan keyboard.
Kelompok pengguna awal yang bersuara lantang ini akan memengaruhi masa depan Vision Pro. Sebagian besar dari mereka yang mengeluhkan masalah dengan perangkat ini juga menyatakan keinginan untuk mencoba generasi kedua dari Vision Pro. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)