Bisnis.com, JAKARTA - Tata kelola data dan keterbatasan sumber daya manusia yang terampil menjadi hambatan terbesar sejumlah perusahaan di Tanah Air dalam mengadopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Studi Advisia Group, mewakili IBM dan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), melaporkan bahwa hampir setengah dari pebisnis Indonesia yang disurvei (47%) mengalami kesulitan menangani kesenjangan keterampilan digital, terutama dalam hal pengelolaan tim, memanfaatkan keahlian khusus, dan mendorong komunikasi yang dibutuhkan.
“Kurangnya tata kelola data internal (40%) sering kali dapat menyebabkan terlewatnya target dan objektif karena data tersebar di berbagai sistem seperti penggunaan beberapa sistem ERP, sistem manajemen gudang, dan lain-lain,” kata Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih di Jakarta Rabu (6/3/2024).
Roy mengatakan tata kelola atau governance sebagai kunci keberhasilan adopsi AI.
Laporan ini juga menemukan bahwa Surat Edaran Kemenkominfo No. 9/2023 tentang Pedoman Etika AI, menandai tonggak sejarah penting bagi Indonesia, yang menguraikan prinsip-prinsip etika untuk perilaku bisnis AI, termasuk tiga kebijakan tentang nilai etika, pelaksanaan etis, dan penggunaan yang bertanggung jawab dalam pengembangan AI.
Studi yang sama juga menyebutkan bahwa Indonesia saat ini memimpin kawasan Asia Tenggara dengan kontribusi AI yang diproyeksikan sebesar US$366 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan output ekonomi yang diharapkan bisa terdorong oleh integrasi dan pemanfaatan teknologi AI di berbagai sektor di seluruh penjuru Tanah Air.
Berdasarkan penelitian yang dibuat, berbagai perusahaan telah mengambil pendekatan unik dalam mengadopsi teknologi AI. 23% perusahaan di sektor jasa keuangan dan manufaktur di tingkat enterprise fokus pada pemanfaatan kemampuan AI yang berfungsi dengan lancar di sebagian besar divisi.
Sementara itu, 62% perusahaan yang disurvei mengatakan mereka sering menyederhanakan kasus penggunaan, seperti meningkatkan keamanan data saat menggunakan AI di chatbot, asisten virtual, dasbor, dan terjemahan bahasa.
Selama tahap investasi pra-AI, 15% perusahaan melakukan penilaian ekstensif terhadap fungsi atau divisi yang dapat memperoleh manfaat dari AI, termasuk penilaian keamanan informasi, penjualan dan pemasaran, bantuan virtual, perencanaan keuangan, dan fungsi audit.
Laporan tersebut menemukan bahwa beberapa tantangan paling penting terletak pada pengelolaan "big data" secara efektif untuk membuat keputusan yang tepat, mengurangi risiko, dan menangani pertanyaan secara real-time.
Layanan keuangan tampaknya menerima AI dalam lebih banyak fungsi organisasi, seperti pengalaman nasabah (100%), deteksi penipuan (23%) dan pemrosesan pinjaman (10%), dengan menggunakan chatbot, dasbor, dan aplikasi elektronik kenal-pelanggan.