Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan jaringan 5G yang berjalan lambat di Tanah Air disinyalir akibat harga ponsel pintar yang terlalu mahal. Jika harga ponsel lebih murah, maka penetrasi 5G akan bertumbuh, yang kemudian berdampak pada pembangunan 5G.
Direktur Eksekutif ICT Heru Sutadi mengatakan perkembangan 5G tidak signifikan di Indonesia karena sejumlah kendala, yang salah satunya adalah perihal harga ponsel yang masih mahal.
Menurut Heru, sudah banyak ponsel yang dapat menangkap jaringan 5G, baik dari merek luar ataupun lokal. Namun, ponsel-ponsel tersebut masih belum dapat menjangkau masyarakat secara menyeluruh karena harganya yang mahal.
Dikutip dari berbagai sumber, harga ponsel 5G saat ini berkisar dari Rp2,8 juta hingga Rp21 juta-an. Padahal, menurut Heru, rata-rata masyarakat Indonesia hanya ingin mampu membayar di bawah harga tersebut.
“Masyarakat Indonesia secara rata-rata ingin mengeluarkan uang untuk membeli ponsel itu di harga Rp2-2,5 juta,” ujar Heru, Kamis (13/7/2023).
Dia mengatakan seandanya vendor ponsel membanderol harga ponsel yang berada di atas kisaran tersebut, masyarakat akan lebih memilih untuk membeli ponsel lain dengan spesifikasi yang lebih rendah atau non-5G.
Penetrasi 5G di Indonesia tidak akan bertambah banyak jika penggunanya justru sedikit. Lagi pula, harga yang murah juga dapat lebih menguntungkan para produsen ponsel karena tentunya akan lebih laku.
"Karena kalau kondisi Indonesia kan tidak hanya bicara soal harga, tapi juga kuantitasnya,” ujar Heru.
Faktor lain yang membuat ketersediaan 5G Indonesia menjadi yang terendah di dunia, menurut Heru, disebabkan masyarakat belum butuh teknologi mutakhir 5G.
“Mereka (pembeli) juga tidak banyak menggunakan aplikasi, mungkin hanya Whatsapp. Sehingga kalau dengan teknologi 4G pun, sudah cukup,” ujar Heru.