Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memperkirakan rendah ketersediaan jaringan 5G di Indonesia bakal mempengaruhi penetrasi ponsel pintar berteknologi 5G di Tanah Air.
Ketua Umum Apjii Muhammad Arif mengatakan adopsi ponsel 5G dan ketersediaan jaringan 5G saling terkait secara timbal balik.
“Ketersediaan jaringan 5G yang rendah dapat menghambat minat dan permintaan konsumen terhadap ponsel 5G. Sebaliknya, rendahnya adopsi ponsel 5G juga dapat mengurangi insentif bagi operator untuk memperluas ketersediaan jaringan 5G,” kata Arif kepada Bisnis, Kamis (13/7/2023).
Oleh karena itu, kata Arif, diperlukan siklus positif di mana peningkatan ketersediaan jaringan 5G dan adopsi ponsel 5G saling memperkuat satu sama lain.
Arif mengatakan bahwa adopsi ponsel 5G dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital di Indonesia.
Dia menuturkan adopsi yang lebih luas memerlukan ketersediaan jaringan yang memadai, strategi yang holistik dan terpadu harus diadopsi oleh operator telekomunikasi, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempercepat ketersediaan jaringan 5G dan mendorong adopsi ponsel 5G di berbagai sektor ekonomi.
Arif juga berpendapat meskipun ketersediaan jaringan 5G masih rendah, APJII melihat adanya potensi besar dalam adopsi ponsel 5G di Indonesia. Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan penggunaan internet yang pesat, terdapat pasar yang potensial untuk ponsel 5G.
“Dalam jangka panjang, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat dan keunggulan teknologi 5G akan menjadi pendorong penting dalam adopsi ponsel 5G,” kata Arif.
Sebelumnya, laporan Opensignal terbaru menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan paling bontot perihal ketersediaan 5G baik di global maupun di Asia Tenggara. Meski sudah digelar sejak 2 tahun lalu, ketersediaan 5G Indonesia kalah dari negera tetangga Malaysia dan Vietnam.
OpenSignal menyampaikan bahwa pada Juni 2023, ketersediaan 5G di Indonesia hanya 0,9 persen atau lebih kecil dari Vietnam yang sebesar 2,0 persen dan Malaysia 20,5 persen.
Adapun untuk di Asia Tenggara, Singapura masih menjadi juara perihal ketersediaan 5G dengan capaian 30 persen.