Takut Manusia Punah Gara-gara AI, Mahasiswa MIT Pilih Drop Out

Pernita Hestin Untari
Senin, 18 Agustus 2025 | 10:11 WIB
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Bagikan
Ringkasan Berita
  • Mahasiswa MIT, Alice Blair, memutuskan keluar dari kampus karena khawatir masa depan manusia terancam oleh perkembangan artificial general intelligence (AGI).
  • Blair kini bekerja di Center for AI Safety dan mendapat dukungan dari Nikola Jurković, yang juga memperkirakan AGI akan hadir dalam empat tahun ke depan.
  • Sejumlah pakar, termasuk Gary Marcus, menilai ancaman AGI terhadap kepunahan manusia masih jauh dari kenyataan dan lebih merupakan jargon pemasaran.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT) memutuskan keluar dari kampus karena kekhawatiran terhadap perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Alice Blair, yang masuk MIT pada 2023, mengatakan dirinya berhenti kuliah karena merasa masa depan manusia terancam oleh kecerdasan buatan umum atau artificial general intelligence (AGI).

“Saya khawatir tidak bisa hidup sampai lulus kuliah karena AGI. Dalam sebagian besar skenario, cara kita mengembangkan AGI justru berujung pada kepunahan manusia,” kata Blair melansir laman Futurism pada Senin (18/8/2025).

Kini Blair bekerja sebagai penulis teknis di lembaga nirlaba Center for AI Safety dan tidak berencana kembali ke MIT. Dia mengaku sempat berharap bisa menemukan komunitas yang sama-sama peduli pada isu keamanan AI, tetapi pada akhirnya memilih melanjutkan perjalanannya di luar kampus.

Pilihan Blair mendapat simpati dari Nikola Jurković, alumni Harvard yang pernah aktif di klub keselamatan AI di kampusnya.

“Kalau kariermu akan digantikan otomatisasi pada akhir dekade ini, setiap tahun di bangku kuliah sama saja mengurangi waktu dari karier singkatmu,” katanya.

Jurković bahkan memperkirakan AGI akan hadir dalam empat tahun ke depan, diikuti otomatisasi penuh dalam lima hingga enam tahun. AGI sendiri dipandang sebagai tujuan akhir banyak perusahaan teknologi, yakni menciptakan sistem yang bisa menandingi atau melampaui kecerdasan manusia.

CEO OpenAI Sam Altman bahkan menyebut peluncuran GPT-5, meski menuai banyak kritik, sebagai langkah besar menuju AGI dan berani menyebutnya sudah secara umum cerdas.

Namun, sejumlah pakar menilai anggapan tersebut berlebihan. Gary Marcus, peneliti AI sekaligus kritikus industri, menilai teknologi itu masih jauh dari kata sempurna.

“Sangat kecil kemungkinan AGI hadir dalam lima tahun ke depan. Itu hanya jargon pemasaran, padahal banyak masalah mendasar seperti halusinasi dan kesalahan penalaran yang belum terpecahkan,” ujarnya.

Marcus juga menekankan, meski AI memang membawa banyak dampak negatif mulai dari hilangnya pekerjaan, perusakan lingkungan, hingga penyebaran misinformasi, risiko kepunahan manusia akibat AGI masih sangat jauh dari kenyataan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami