Bisnis.com, JAKARTA - Industri startup teknologi finansial (financial technology/fintech) di Indonesia diproyeksikan terus tumbuh hingga 2027 di tengah fenomena Silicon Valley Bank (SVB) yang runtuh. Hal itu terlihat dari proyeksi nilai transaksi di lima segmen fintech dalam negeri.
Dilansir dari DataIndonesia, Rabu (15/3/2023), Statista menyebutkan pembayaran digital menjadi segmen fintech yang memiliki nilai transaksi terbesar di Indonesia pada 2022, yakni US$70,38 miliar atau senilai RpRp1,08 triliun.
Nilai tersebut diperkirakan terus tumbuh hingga US$122,3 miliar atau senilai Rp1,88 triliun pada 2027. Investasi digital menyusul di urutan kedua dengan nilai transaksi sebanyak US$23,65 miliar atau senilai Rp363 triliun pada 2022.
Dalam lima tahun setelahnya, investasi digital diproyeksi memiliki nilai transaksi sebanyak US$56,24 miliar atau Rp864 triliun Nilai transaksi bank digital di Indonesia mencapai US$18,37 miliar atau senilai Rp282 miliar pada 2022.
Angkanya juga diproyeksi tumbuh menjadi US$54,43 miliar pada 2027. Kemudian, nilai transaksi fintech pendanaan digital mencapai US$0,99 miliar pada 2022.
Nilainya diperkirakan naik menjadi US$1,44 miliar pada 2027. Nilai transaksi fintech yang bergerak di segmen aset digital diperkirakan sebesar US$0,38 miliar pada 2022. Pada 2027, nilai transaksinya diperkirakan tumbuh menjadi US$0,97 miliar.
Saat ini pun beberapa VC sudah menargetkan pendanaan ke sektor fintech. BNI Ventures siap melakukan investasi terhadap startup yang bergerak di bidang financial technology (fintech) usai mendapatkan perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan berharap dapat memberikan pendanaan pada kuartal I/2023. Saat ini BNI Ventures akan lebih memfokuskan pendanaaan ke sektor fintech atau fintech enablers.
"Iya semoga sudah lakukan investasi di kuartal I [tahun] ini," ujar Eddi kepada Bisnis.com, Kamis (9/2/2023).