Menilik Potensi Indonesia Jadi Eksportir Smartphone

Rahmi Yati
Senin, 17 Oktober 2022 | 19:07 WIB
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020). /ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020). /ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pada era saat ini sepertinya sangat mustahil seseorang dapat hidup tanpa gawai atau koneksi internet. Salah satu gawai yang sudah melekat di genggaman tangan adalah ponsel pintar atau smartphone yang terus berinovasi dengan perkembangan teknologi.

Berdasarkan laporan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dirilis baru-baru ini, pengguna internet Indonesia mayoritas atau sebanyak 89,03 persen mengakses internet dengan perangkat ponsel atau tablet.

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2022 ini dilaporkan mencapai 210 juta jiwa. Dari jumlah ini, mayoritas pengguna mengakses internet lewat ponsel untuk membuka media sosial.

Melihat pesatnya penggunaan smartphone dan internet di Tanah Air, pengamat gawai dari komunitas Gadtorade Lucky Sebastian menilai sudah sepatutnya pabrikan ponsel di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan domestik bahkan hingga mengekspor perangkat ke luar negeri.

Hadirnya aturan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan besaran minimal untuk perangkat telekomunikasi berbasis 4G dan 5G sebesar 35 persen, sambungnya, memang bertujuan agar pabrikan ponsel membuat perangkatnya di dalam negeri, pada awalnya.

"Namun selain itu, saat ini tujuannya bukan hanya membuka lahan pekerjaan. Orientasinya sudah menuju kepada transfer teknologi agar suatu saat, kandungan TKDN yang terus meningkat membuat negara kita bisa menjadi pembuat ponsel seperti China," katanya, Senin (17/10/2022).

Meski begitu, Lucky tidak menampik bila masih banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia untuk jadi eksportir smartphone. Seperti saat ini, pembuatan ponsel di dalam negeri masih didominasi merakit dan part lainnya masih impor, belum buatan dalam negeri.

Agar lebih mandiri, menurutnya pabrikan ponsel harus mengembangkan komponen-komponen smartphone yang makin banyak bisa dibuat di dalam negeri seperti layar, baterai, bahkan chipset.

Selanjutnya Lucky melihat, keterbatasan komponen hardware ini membuat TKDN juga berorientasi kepada software dan investasi.

"Memang software ini penting dan bisa membantu developer dalam negeri, tetapi aturannya masih timpang, karena orientasinya kepada software yang sudah banyak digunakan," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia bisa jadi basis produksi smartphone yang diekspor ke berbagai negara di dunia.

Menurutnya, hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan pencapaian produksi ponsel pintar PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) yang berhasil mengekspor 8 juta unit ponsel ke berbagai negara sejak 2018 hingga kuartal III/2022.

“Capaian ekspor ini tentunya dapat mendorong Indonesia untuk jadi basis produksi untuk produk elektronik, termasuk telepon seluler [ponsel] pintar [smartphone],” tutur Mendag Zulkifli.

Dia menyebut capaian ini dimungkinkan karena kerja keras dan dedikasi para eksportir Indonesia, termasuk PT SEIN. Namun, dia mengingatkan agar tidak boleh lengah sebab tantangan global ke depannya akan makin besar.

Lebih lanjut Mendag menuturkan, sektor elektronik merupakan sektor unggulan yang masuk dalam prioritas Making Indonesia 4.0. Sektor ini merupakan komponen ekspor ke-4 terbesar dalam struktur ekspor Indonesia.

"Pada periode Januari-Juli 2022, nilai ekspor elektronik Indonesia mencapai US$9,43 miliar. Nilai ini naik 18,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$7,93 miliar," ujar dia.

Mendag menambahkan, secara umum, kinerja perdagangan elektronik Tanah Air tercatat cukup baik. Saat ini Indonesia berada pada urutan ke-34 sebagai negara eksportir elektronik dengan pangsa 0,25 persen.

Melalui sinergi antara pihak swasta seperti PT SEIN dan pemerintah untuk mewujudkan Making Indonesia 4.0, sambungnya, diharapkan Indonesia mampu jadi salah satu negara eksportir elektronik dan ponsel pintar dengan pangsa pasar yang semakin meningkat.

"Making Indonesia 4.0 merupakan program Pemerintah dalam menyiapkan Indonesia untuk menghadapi era industri digital 4.0 yang difokuskan pada 7 sektor industri yakni makanan-minuman, tekstil, otomotif, kimia, elektronik, alat kesehatan dan farmasi yang menyumbang 70 persen produk domestik bruto [PDB] industri, 65 persen ekspor industri, dan 60 persen tenaga kerja industri Indonesia," tutup Zulkifli.

Sementara itu Presiden PT SEIN Simon Lee menegaskan pihaknya akan terus berinvestasi dengan memperbarui sistem operasional produksi jadi lebih canggih sehingga menambah kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan dalam negeri dan ekspor.

Selain memperkuat komitmennya dalam memenuhi TKDN, Samsung berupaya meningkatkan ekspor, membuka peluang kerja ratusan anak muda dan mendongkrak surplus neraca perdagangan Indonesia.

“Samsung berkomitmen mendukung pemerintah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor di pabrik Samsung di Indonesia. Sejak 2018 hingga kuartal ketiga tahun 2022, kami telah mengekspor lebih dari 8 juta unit smartphone Samsung Galaxy,” imbuh Simon.

Lain cerita, PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto mengaku belum memiliki rencana mengekspor perangkat ke luar negeri kendati pabriknya sangat mencukupi untuk melakukan hal tersebut.

Sebab menurut dia, kebutuhan dalam negeri masih tergolong sangat tinggi saat ini sehingga Oppo masih akan lebih fokus pada pemenuhan permintaan domestik.

"Namun tidak ada kata tidak untuk menjadi eksportir. Hal itu sangat dimungkinkan, apalagi untuk kapasitas pabrik ponsel di Indonesia," tutur dia.

Kendati merasa mampu dan bisa untuk jadi eksportir, dia menilai salah satu yang jadi tantangan adalah komunikasi. Menurutnya komunikasi dua arah harus intens antara pihak pabrikan dengan pemangku kebijakan agar hal ini dapat terwujud dengan mudah.

Dari sisi ekonomi, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan subsektor elektronik menyumbang 1,4 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) per kuartal II/2022, atau turun dibanding kuartal sebelumnya sebesar 1,53 persen.

Meski turun secara harga berlaku, sambung dia, nilai yang disumbang industri elektronik di kuartal yang sama menembus Rp68,8 triliun bahkan lebih tinggi dibanding industri otomotif.

"Penguatan produksi barang elektronik di dalam negeri termasuk ponsel sangat mendorong efek terhadap penciptaan lapangan kerja, dan kontribusi terhadap penerimaan negara," imbuh Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper