Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah vendor ponsel pintar meyakini kelangkaan material semikonduktor, seperti cip belum menjadikan alasan bagi mereka untuk menaikan harga produknya di Indonesia.
Head of Public Relations ASUS Indonesia Muhammad Firman mengatakan ASUS selama ini hanya fokus untuk memproduksi ponsel pintar kelas flagship dan high end untuk kebutuhan gim (gaming).
Karena itu, dia mengatakan kelangkaan cip tidak memberikan dampak ke aspek harga. Tetapi, dampak yang lebih besar lebih ke kapasitas produksi yang makin terbatas karena kurangnya pasokan komponen.
Dia melanjutkan faktor pasokan dan permintaan di pasar juga membuat harga ke pengguna akan menjadi makin tinggi.
“Namun seperti sudah disebutkan tadi, untuk ponsel Asus yang spesifik, kenaikan harga mungkin tidak signifikan, kalaupun ada lebih ke pasokan smartphone kami yang mungkin akan makin berkurang atau terlambat,” katanya, Rabu (4/8/2021).
Ddia menjelaskan untuk menghadapi situasi tersebut, sejak 2017 perusahaan sudah memilih untuk hanya fokus di lini gim. Adapun, pada 2018—2019 mereka mengerucutkan fokus ke ponsel flagship gaming dengan ROG phone series.
Tentunya, dia menyebutkan perusahaan masih tetap melanjutkan seri flagship Zenfone dan tidak lagi terjun di industri ponsel pintar di kelas bawah (entry level) sampai mainstream yang memiliki sensitivitas terhadap harga (price sensitive).
Kendati demikian, Firman mengatakan langkah tersebut ternyata menjadi solusi yang sangat baik untuk menghadapi kondisi seperti sekarang ini. Terbukti dari sisi bisnis, divisi ponsel perusahaan lebih sehat dibanding sebelumnya saat kita masih bermain di segmen entry level.
Dia melanjutkan, pada 2021 mereka hanya akan memasarkan sekitar 35.000 unit ROG Phone 5 karena Indonesia hanya mendapatkan alokasi produk dengan jumlah tersebut dari pusat.
“Jumlahnya, tidak bisa ditambah. Salah satu alasannya adalah pasokan komponen high end yang sangat terbatas itu tadi. Dan sampai sejauh ini, tren penjualan smartphone flagship gaming ASUS ROG Phone 5 masih sesuai dengan forecast kami,”
Firman memperkirakan produknya akan habis di pasaran Indonesia pada akhir 2021 atau semester pertama tahun mendatang.
Sementara itu, Senior Brand Director vivo Indonesia Edy Kusuma mengatakan perusahaan kelangkaan masih belum berimbas pada performa bisnis perusahaan di Tanah Air.
"Sejauh ini kami belum menerima informasi lebih lanjut [dari pusat] terkait hal tersebut [kelangkaan material] dan belum berimbas baik pada proses produksi domestik maupun pemenuhan pasokan akan permintaan produk vivo di Indonesia," ujarnya.