Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) membutuhkan lebih banyak pita frekuensi untuk menunjang pertumbuhan bisnis ke depan. Diprediksi, frekuensi yang ada saat ini hanya cukup menampung aktivitas pelanggan hingga 2022.
Setelah itu, Tri harus lebih lihai dalam meracik spektrum frekuensi yang dimiliki atau kerja sama spektrum, agar kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan tidak turun.
Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah mengatakan sebelum akhir 2022, perseroan butuh tambahan pita frekuensi untuk beroperasi seiring dengan potensi lonjakan layanan data dalam beberapa tahun ke depan.
Penggunaan layanan video streaming diperkirakan terus meningkat, sehingga dibutuhkan kapasitas tambahan atau spektrum frekuensi yang lebar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Saat ini Tri merupakan operator dengan pita frekuensi paling sedikit, dibandingkan dengan lima operator besar lainnya. Tri hanya mengoperasikan 2x25MHz untuk melayani 40 juta pelanggan.
Untuk menghadapi lonjakan permintaan data, Tri hanya bisa melakukan optimalisasi spektrum frekuensi dengan berbagai teknologi dan teknik yang dimiliki saat ini.
“Jadi ketika 2023 seharusnya sudah ada tambaha frekuensi di daerah-dareah tertentu. Apakah 2023 ada lelang? kalau tidak ada maka harus kerja sama spektrum frekuensi,” kata Danny kepada Bisnis.com, Selasa (13/4/2021).
Adapun mengenai keikutsertaan Tri dalam lelang 2,3GHz, kata Danny, perseroan masih melakukan rapat internal dan meminta pendapat pemegang saham. Tri tidak dapat asal ikut lelang.
Bagi Tri, tambahan frekuensi dari lelang 2,3 GHz seperti pisau bermata dua. Di satu sisi Tri membutuhkan tambahan spektrum, di sisi lain, jika tidak mendapat manfaat secara optimal akan menjadi beban operasional, karena harus membayar penggunaan spektrum frekuensi ke negara.
“Punya spektrum frekuensi itu tidak mudah dan kalau tidak menjadi uang itu sayang. Spektrum yang ada masih cukup sampai 2022 akhir,” kata Danny.