Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai akvititas digital masyarakat yang hanya berkutat pada aplikasi tertentu dapat menjadi peluang bagi operator seluler untuk mendongkrak pendapatan dari layanan data.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan saat ini operator seluler telah memiliki sebuah sistem informasi tagihan (billing system) yang canggih. Sistem ini dapat membantu mereka dalam mengetahui perilaku penggunaan layanan data oleh pelanggan.
Sistem tagihan tersebut memberitahukan 3 hal yaitu aplikasi yang sering dipakai, waktu penggunaan yang paling padat hingga besaran kuota yang digunakan.
Dari informasi tersebut, menurut Tesar, seharusnya operator dapat memonetisasi layanan data dengan lebih baik dengan mendorong produk berbasis aplikasi atau waktu, khususnya saat Ramadan dan Idulfitri.
Dengan mendorong produk berbasis aplikasi, maka operator akan mendapat 2 pendapatan yaitu pendapatan dari kuota umum dan pendapatan dari aplikasi.
Pendapatan dari aplikasi juga beragam karena kategori aplikasi yang ada saat ini bermacam-macam seperti aplikasi percakapan, aplikasi menonton video, aplikasi edukasi, aplikasi malam dan lain sebagainya.
“Kalau operator menjual paket aplikasi maka akan lebih menguntungkan, karena mereka sudah memiliki perhitungan jumlah pengguna per aplikasi yang terukur,” kata Tesar, kepada Bisnis Selasa (13/4).
Belum lama ini operator seluler mengeluarkan perkiraan perihal potensi lonjakan lalu lintas data selama Ramadan dan Lebaran.
PT XL Axiata memperkirakan 83 persen lalu lintas data saat Ramadan akan didominasi oleh layanan aplikasi berbasi video streaming seperti YouTube, TikTok, Instagram dan lain sebagainya. Aplikasi berbasis sosial media berkontribusi sebesar 9 persen dan aplikasi lainnya sebesar 7 persen.
Sementara PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) memperkirakan lalu lintas data aplikasi percakapan seperti Whatsapp dan Telegram akan melonjak 91,8 persen saat Ramadan dan Lebaran dibandingkan dengan hari biasa, TikTok naik 16,6 persen dan Gim Mobile Legend naik 8,8 persen dibandingkan sebelum Ramadan.
Kondisi tersebut memperlihatkan adanya penggunaan dan permintaan terhadap aplikasi tertentu selama Ramadan dan Idulfitri. Kondisi ini perlu menjadi perhatian operator.
Tesar menyarankan agar paket berbasis aplikasi makin diminati, paket kuota umum dikurangi manfaatnya atau harganya dinaikkan. Saat ini, kuota umum yang disediakan operator seluler dapat mengakses seluruh aplikasi, 24 jam dan dengan harga yang sangat terjangkau. Hal ini membuat paket berbasis aplikasi tidak berkembang.
“Seharusnya paket kuota umum harganya dinaikkan karena dapat mengakses seluruh aplikasi. Alasan lainnya agar paket per aplikasi menjadi makin kompetitif harganya,” kata Tesar.
Tesar memperkirakan paket per aplikasi akan menemui kejayaannya ketika era 5G. Dengan kecepatan di atas 1Gbps, 5G akan menyedot kuota umum dengan jumlah besar - sekitar 10GB sampai 20GB – dalam hitungan hari. Kehadiran paket per aplikasi akan membuat operator tetap dapat mengakses aplikasi tertentu, meski kuota umumnya habis.
“Dalam beberapa hal lambat itu bagus karena membuat kita menjadi tahu harga dan kualitas. Saat 5G nanti tidak terasa sudah habis saja kuota karena cepat,” kata Tesar.