Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) menyampaikan aksi vandalisme merupakan salah satu tantangan yang tak kunjung teratasi dalam penggelaran jaringan. Aksi vandalisme telah terjadi secara merata tidak hanya di daerah rural, juga di daerah padat penduduk seperti di pemukiman dan perkotaan.
Ketua Umum Apjatel Muhammad Arif mengatakan aksi vandalisme tidak hanya terjadi di daerah rural di Papua, beberapa kawasan di kota-kota besar juga kerap terjadi. Beberapa infrastruktur telekomunikasi milik anggota Apjatel pernah menjadi korban aksi vandalisme, umumnya infrastruktur yang dicuri adalah tiang gantung kabel udara dan gulungan kabel.
“Di Bali dan di Medan ada laporan tahun lalu tiang hilang, kabelnya diletakan saja. Harga satu tiang sekitar Rp150.000–Rp1 juta,” kata Angga kepada Bisnis.com, Kamis (21/1/2021).
Di samping itu, sambungnya, dalam satu hari jumlah tiang yang hilang bisa mencapai 3–5 tiang. Diduga, pencurian dilakukan secara terencana.
Arif mengatakan aksi vandalisme berupa pencurian, tidak hanya terjadi ketika infrastruktur telekomunikasi telah terpasang. Dalam beberapa kasus pencurian dilakukan saat penyelenggara akan menggelar jaringan.
Bahkan, kata dia, gulungan kabel telekomunikasi yang diletakan di sisi jalan dapat hilang dalam sekejap, saking cepatnya pencuri melakukan aksinya. Adapun, untuk pencurian kabel, per satu gulung kabel besar nilainya diperkirakan lebih dari Rp150 juta.
“Kami hanya meleng sebentar, sudah hilang gulungan kabel. Kalau pelaku sudah niat susah untuk mencegahnya,” kata Arif.
Arif mengatakan untuk mengantisipasi kasus vandalisme para anggota Apjatel umumnya melakukan patrol. Langkah ini tidak sepenuhnya efektif, kabel serat optik yang digelar sangat panjang.