Bisnis.com, JAKARTA – Industri Telekomunikasi diprediksi akan tetap tumbuh pada tahun depan. Meski demikian, pola konsumsi di masyaraka akan berubah akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Setyanto Hantoro mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Telkomsel terhadap pelanggannya, ditemukan bahwa sekitar 22 persen -27 persen pelanggan tidak terpengaruh terhadap pandemi secara pendapatan.
Kemudian untuk pelanggan yang agak terpengaruh pandemi --di mana sekitar 25 persen -40 persen pendapatannya berkurang -- ada sekitar 50 persen di Telkomsel. Terakhir, pelanggan yang sangat terdampak – dimana pendapatannya berkurang hingga 60 persen -- ada sekitar 23 persen – 27 persen.
Akibat pendapatan pelanggan terdampak, maka perilaku dalam mengonsumsi paket pun berbeda.
“Jadi memang karena pendapatan berkurang tingkat konsumsi berkurang,” kata Setyanto dalam konfrensi virtual Indonesia Industri Outlook 2021, Kamis (5/11).
Untuk menghadapi kondisi tersebut, kata dia, Telkomsel mengeluarkan produk yang sesuai dengan kemampuan pelanggan.
Setyanto juga memprediksi bahwa pada kuartal I/2021 industri telekomunikasi akan kembali pulih. Pada kuatal IV/2020, menurutnya, tren positif industri telekomunikasi sudah terlihat.
“Jadi kuartal I dan kuartal II/2021 dari kondisi yang ada saat ini sudah menunjukkan arah yang benar. Kuncinya, arah ini tidak akan sama lagi dengan arah masa lalu,” kata Setyanto.
Dia menjelaskan pada masa lalu pertumbuhan utama industri telekomunikasi terdapat pada konsumsi layanam internet cepat.
Setyanto memprediksi ke depan, pendapatan dari layanan internet cepat akan tetap atau flat. Konsumsi data akan naik, tetapi layanan data telah menjadi komoditas sehingga harga per megabitnya akan turun.
“Sumber pendapatan ke depan adalah dari pendapatan digital karena adopsi digital naik, masalahnya industri telekomunikasi berangkat dari bawah atau konektivitas,” kata Setyanto.
Sebagai perusahaan telekomunikasi, sebutnya, pada tahun depan Telkomsel akan terus memperkuat konektivitas.
Peseroan juga akan melihat peluang berkolaborasi untuk masuk ke ekosistem platform dan layanan digital yang merupakan tingkat tengah dan atas dari industri telekomunikasi digital.
“Memang bisa bangun [platform dan layanan digital] sendiri tetapi sulit. Pertama, bangunnya lama. Kedua, jika memakai uang sendiri,sulit karena kita cari duit dari ‘tanah’ mereka dari awan,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Inventure-Alvara terhadap 1.121 responden, diketahui bahwa 64 persen konsumen terus mengikuti kegiatan-kegiatan digital misalnya konferensi virtual, konser musik, olah raga dan lain sebagainya -- selama pandemi.
Lebih lanjut, sebanyak 60,8 persen responden menyatakan akan tetap mengakses hiburan dan kegiatan lainnya dari digital meskipun 6 bulan setelah vaksin ditemukan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT institute, Heru Sutadi menilai bahwa operator seluler harus bersikap dinamis dalam menghadapi peta persaingan di tengah pandemi pada tahun depan.
Dari sisi harga, operator perlu menyesuaikan dengan kemampuan pelanggan.
“Memang berat bagi operator. Perlu strategi pentarifan yang dinamis mengikuti daya beli,” kata Heru.
Sementara itu, Presiden Direktur & CEO PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini mengatakan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada daya beli masyarakat. Operator seluler sangat merasakan dampak tersebut pada kuartal III/2020.
Dia menjelaskan di tengah kondisi turunnya daya beli masyarakat, intensitas kompetisi di industri tetap ketat.
Semua operator berlomba menawarkan berbagai produk yang disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat, termasuk XL Axiata.
“Kita bisa lihat produk-produk dengan harga yang lebih terjangkau atau bonus yang lebih banyak. Karena itu kami berupaya keras untuk bisa mempertahankan kinerja dengan mendorong penjualan dan di saat yang sama melakukan efisiensi di hampir semua lini bisnis,” kata Dian.