Akamai Genjot Lini Komputasi Awan, Saingi Alibaba Cs Lewat Produk Terjangkau

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 25 Juni 2025 | 19:27 WIB
Cloud computing dan internet of things/ilustrasi
Cloud computing dan internet of things/ilustrasi
Bagikan

Bisnis,com, JAKARTA — Akamai Technologies, perusahaan global di bidang cloud computing dan keamanan siber, bakal memperkuat bisnis komputas awan di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan menghadirkan layanan yang terjangkau. Persaingan perebutan pasar komputasi awan makin ketat.

CTO Cloud Computing Akamai Technologies, Jay Jenkins menargetkan pertumbuhan pesat layanan cloud Akamai, khususnya di tengah meningkatnya kebutuhan efisiensi biaya dan keamanan di era kecerdasan buatan (AI), di pasar Indonesia. Sayangnya, dia tidak menyebutkan angka pertumbuhan tersebut.

Jay mengungkap bahwa meski Akamai masih tergolong baru di sektor cloud, pertumbuhan bisnisnya sangat pesat dan hanya kalah dari lini produk keamanan. 

"Fokus kami adalah terus memperkuat kapabilitas jaringan distribusi global, kemampuan keamanan, dan menjaga biaya tetap rendah," ujar Jay dalam diskusi virtual, Rabu (25/6/2025).

Jay mengatakan salah satu keunggulan yang didorong Akamai adalah biaya transfer data (egress) yang jauh lebih murah dibandingkan penyedia cloud besar (hyperscaler). 

Perusahaan hanya mematok biaya 0,5 sen per gigabyte atau sepuluh kali lebih murah dari harga rata-rata hyperscaler. 

“Kami juga menjaga agar infrastruktur komputasi tetap terjangkau, sehingga organisasi tidak perlu kembali ke on-premise hanya demi efisiensi biaya," jelasnya.

Menjawab tantangan keamanan di era AI, Jay menegaskan pentingnya pendekatan zero trust dibandingkan paradigma firewall tradisional. 

Dia menegaskan AI telah mengubah lanskap keamanan, mulai dari serangan impersonasi suara hingga malware yang terus beradaptasi secara otomatis. Organisasi perlu beralih ke jaringan zero trust dan micro-segmentation agar tidak ada satu pun titik yang sepenuhnya dipercaya.

Akamai telah melayani berbagai industri di Asia Tenggara dan Indonesia, terutama sektor ad tech, gaming, media, retail, dan SaaS. Sebagian besar pelanggan tersebut menerapkan strategi multi-cloud.  Mereka ingin mendekatkan aplikasi bisa lebih dekat ke pelanggan dengan biaya rendah dan latensi minimal. 

Menjawab isu konektivitas di Indonesia yang sangat luas, Jay menyoroti pentingnya arsitektur edge dan jaringan terdistribusi. Akamai saat ini memiliki tujuh lokasi edge di Indonesia, tidak hanya di Jakarta. Ini memungkinkan aplikasi tetap responsif meski terjadi gangguan, seperti putusnya kabel bawah laut. 

“Kami juga terbuka bekerja sama dengan penyedia lokal untuk menambah titik edge demi meningkatkan resiliensi," jelasnya.

Jay juga menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam operasional AI. Perusahaan dapat menggunakan managed service di awal, dengan tetap memantau perkembangan open source agar tidak terjebak vendor lock-in. 

Portabilitas model AI sangat penting untuk masa depan, menurut Jay, khususnya untuk industri gaming, media, IoT, smart city, dan ritel sebagai sektor yang paling cepat mengadopsi edge cloud untuk AI.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper