Bisnis.com, JAKARTA - Akamai Technologies kenalakan teknologi baru yang disebut Generalized Edge Compute (Gecko).
Dengan beragamnya aktivitas digital memakan banyak waktu, pengguna ber-ekspektasi dapat akses internet dengan cepat dan lancar, disertai latensi yang rendah.
Salah satu kunci rahasianya adalah mendekatkan konten ke end-user dan perangkatnya. Oleh itu, hadir sebuah solusi baru bernama Gecko.
Gecko dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbagai aplikasi modern, seperti performa yang lebih baik, latensi yang lebih rendah, dan skalabilitas global, yang tidak bisa dipenuhi oleh arsitektur cloud yang ada saat ini.
Solusi yang tengah diuji coba bersama sejumlah pelanggan enterprise ini diyakini akan menghadirkan akses yang lebih lancar untuk penggunaan di bidang AI inferencing, multiplayer gaming, media sosial dan layanan video streaming.
Ke depannya, Gecko juga akan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik untuk aktivitas belanja, komputasi spasial, analisis data, sampai IoT, baik untuk konsumen maupun industri.
Rahasia Gecko terletak pada desainnya, di mana generalized compute bisa diterapkan di jaringan edge. Umumnya, jaringan cloud dan edge itu terpisah.
Namun Gecko akan memindahkan komputasi tradisional, yang biasanya berada di pusat data tersentralisasi, ke jaringan edge Akamai, yang sangat masif penyebarannya di seluruh dunia.
Dengan cara ini, komputasi full stack bisa dilakukan langsung di ratusan lokasi yang sebelumnya sulit dijangkau dan workload bisa didekatkan ke pengguna.
Ilustrasinya begini, saat pengguna di Indonesia menonton serial drakor favorit mereka melalui layanan streaming, mereka tidak akan ‘menarik’ konten itu dari luar negeri.
Konten ini sudah tersimpan di jaringan edge milik Akamai, di server yang terdekat dengan pengguna. Alhasil, mereka bisa menikmatinya secara cepat dan latensi yang rendah.
“Gecko adalah inovasi yang paling menarik yang pernah terjadi dalam teknologi cloud sejak satu dekade terakhir," ujar Dr. Tom Leighton, Co-Founder dan CEO Akamai, dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (19/2/2024).
Tom Leighton menjelaskan, Gecko adalah fase berikutnya dalam roadmap menuju teknologi cloud yang lebih terhubung, yang dimulai saat Akamai mengakuisisi Linode. Roadmap ini diawali dengan peluncuran Akamai Connected Cloud dan menggencarkan pendirian sejumlah core compute region baru di seluruh dunia.
Untuk diketahui, Akamai Connected Cloud telah dinobatkan sebagai platform cloud yang paling terdistribusi di dunia dengan jaringan yang terdiri dari 4.100 point of presence yang tersebar secara global.
Dengan menambahkan Linode ke jaringannya dan membangun lebih banyak core compute region dalam setahun terakhir, Akamai mengubah Akamai Connected Cloud menjadi platform komputasi cloud yang paling tersebar di dunia.
"Gecko menggambarkan dunia cloud yang lebih terdistribusi, yang didorong oleh tuntutan untuk membawa komputasi dan data lebih dekat ke edge," ujar Dave McCarthy, IDC, Research Vice President, Cloud and Edge Services.
Pengembangan Gecko telah memasuki fase pertama dan Akamai berencana untuk menghadirkan komputasi dengan dukungan untuk mesin virtual di 100 kota sebelum akhir tahun ini.
Pada fase kedua Gecko, yang akan dimulai akhir tahun ini, Akamai akan menambahkan container ke dalam bauran itu.
Kemudian pada fase ketiga, Akamai akan menambahkan orkestrasi workload otomatis untuk memudahkan para developer dalam membuat aplikasi di ratusan lokasi yang tersebar. Tujuan akhirnya yaitu untuk menciptakan pengalaman pengguna yang konsisten di setiap core compute region dan edge.