Gedung Putih Minta iPhone Dibuat Langsung di AS, Harganya Bisa Naik Gila-gilaan!

Restu Wahyuning Asih
Jumat, 11 April 2025 | 08:05 WIB
Warga mengambil foto di luar toko Apple Inc. menjelang pembukaannya di Kuala Lumpur, Malaysia. Bloomberg/Samsul Said
Warga mengambil foto di luar toko Apple Inc. menjelang pembukaannya di Kuala Lumpur, Malaysia. Bloomberg/Samsul Said
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Apple seperti ditekan untuk memindahkan produksi produk mereka kembali ke Amerika Serikat (AS).

Gedung Putih baru-baru ini menyatakan pernyataan yang meminta Apple untuk memproduksi iPhone di AS, agar sejalan dengan visi Donald Trump.

Melansir Guardian, Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan pada Selasa, bahwa presiden yakin investasi Apple yang baru-baru ini diumumkan sebesar $500 miliar, serta peningkatan biaya impor yang dipicu oleh tarif perdagangannya akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi di AS.

"Dia yakin kita memiliki tenaga kerja, kita memiliki tenaga kerja, kita memiliki sumber daya untuk melakukannya. Jika Apple tidak berpikir AS dapat melakukannya, mereka mungkin tidak akan mengeluarkan uang sebanyak itu," katanya dikutip Jumat (11/4/2025).

Pernyataan tersebut langsung ditekankan Kembali oleh Trump di laman Truth Socialnya. Ia mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memindahkan perusahaan ke AS seperti yang dilakukan Apple dan perusahaan besa lain.

Namun seorang analis teknologi memberikan pandangan berbeda dengan memperingatkan bahwa harga iPhone Apple dapat melonjak tiga kali lipat.

iPhone yang saat ini dijual di kisaran Harga US$1.000 bisa naik hingga sekitar $3.500 apabila dibuat di AS.

Kenaikan harga ini terjadi lantaran ekosistem produksi yang sangat kompleks.

“Anda membangun (rantai pasokan) itu di AS dengan pabrik di West Virginia dan New Jersey. Harga iPhone itu akan menjadi $3.500,” kata Dan Ives, kepala penelitian teknologi global di perusahaan jasa keuangan Wedbush Securities, dikutip dari CNN.

Pengamat lain pun menilai Apple bisa saja menghabiskan biaya sekitar US$30 miliar dan tiga tahun untuk memindahkan hanya 10% dari rantai pasokan ke AS sebagai permulaan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper