Bisnis.com, JAKARTA - Keamanan siber pada tahun 2025 diprediksi akan semakin kompleks dan dinamis. Salah satunya didorong oleh kemajuan teknologi, ancaman yang semakin canggih, dan peraturan yang lebih ketat.
Meski begitu, melansir dari The Hackernews, Rabu (25/12/2024) sepuluh tantangan dan ancaman utama yang akan membentuk lanskap keamanan siber pada tahun 2025.
1. AI Sebagai Senjata Bagi Penyerang
AI akan terus dimanfaatkan oleh penyerang untuk menciptakan malware yang lebih canggih dan mampu beradaptasi dengan cepat, menghindari deteksi tradisional.
Malware yang digerakkan oleh AI dapat mengubah perilakunya dalam waktu nyata, mengeksploitasi kerentanannya dengan presisi tinggi. Phishing berbasis AI yang menggunakan pemrosesan bahasa alami juga semakin canggih, membuat email penipuan menjadi lebih personal dan sulit dideteksi.
Dalam menghadapi ancaman ini, perusahaan perlu berinvestasi dalam solusi keamanan berbasis AI untuk meningkatkan deteksi dan respons terhadap serangan.
Baca Juga Fortinet Ungkap Tren Serangan Siber 2025 |
---|
2. Meningkatnya Kerentanan Zero-Day
Kerentanan zero-day tetap menjadi salah satu ancaman terbesar dalam keamanan siber. Kerentanannya belum diketahui oleh vendor perangkat lunak, yang membuka pintu bagi penyerang untuk mengeksploitasi sistem sebelum patch tersedia.
Pada 2025, perusahaan harus memiliki mekanisme deteksi yang lebih canggih untuk mengidentifikasi potensi eksploitasi, serta berkolaborasi lebih intensif dalam berbagi intelijen ancaman lintas industri.
3. AI Sebagai Tulang Punggung Keamanan Siber Modern
Pada tahun 2025, AI akan menjadi bagian integral dari strategi keamanan siber. Sistem berbasis AI mampu memproses dan menganalisis data besar untuk mengidentifikasi ancaman yang sulit dikenali oleh manusia.
Kemampuan AI dalam deteksi anomali dan prediksi ancaman akan mengurangi beban kerja tim keamanan manusia, serta meningkatkan ketepatan dan respons terhadap insiden.
4. Meningkatnya Kompleksitas Privasi Data
Dengan semakin ketatnya regulasi terkait privasi data seperti GDPR dan CCPA, serta undang-undang AI Uni Eropa yang diperkirakan akan diberlakukan pada 2025, perusahaan harus memperhatikan keamanan data pelanggan dengan lebih serius.
Keamanan berbasis blockchain dan model zero-trust semakin diterapkan untuk mengurangi titik kegagalan dan memberikan transparansi lebih besar kepada pengguna tentang bagaimana data mereka dikelola.
5. Tantangan dalam Verifikasi Pengguna
Penggunaan bot yang semakin canggih dan kontrol privasi yang lebih ketat pada browser modern membuat verifikasi pengguna menjadi lebih sulit.
AI dapat digunakan untuk menganalisis perilaku pengguna secara real-time dan membedakan antara pengguna sah dan bot, sehingga membantu meningkatkan sistem keamanan tanpa mengganggu pengalaman pengguna yang sah.