Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky memprediksi adanya evolusi lanskap keamanan siber finansial pada tahun depan atau 2025
Dalam laporan Kaspersky Security Bulletin: Crimeware and Financial Cyberthreats in 2025, para ahli perusahaan melihat salah satu tren yang ditunjukkan dalam laporan tersebut adalah bahwa seiring dengan menurunnya jumlah serangan dengan malware perbankan atau finansial tradisional untuk PC, ancaman siber finansial untuk ponsel pintar meningkat.
Pada 2025, Kaspersky memprediksi akan adanya banyak kemajuan dalam teknik ransomware. Pertama, ransomware akan secara diam-diam memanipulasi atau memasukkan data yang salah kedalam basis data dan tidak hanya mengenkripsi data.
Bahkan, jika didekripsi, teknik perusakan data ini menimbulkan keraguan pada keakuratan set data lengkap bisnis. Kedua, kelompok ransomware tingkat lanjut akan mulai menggunakan kriptografi pasca-kuantum seiring berkembangnya komputasi kuantum.
Ketiga, ransomware-as-a-service diproyeksikan akan tumbuh. Diprediksi hacker yang kurang berpengalaman akan dapat meluncurkan serangan canggih dengan alat semurah US$40 dan akan meningkatkan jumlah kejadian.
Selain itu, Kaspersky melihat pada tahun 2025 diprediksi akan ada lonjakan serangan terkait pencurian informasi pribadi. Pencuri populer, seperti Lumma, Vidar, Redline , dan lainnya tetap akan menjadi sasaran dari penegak hukum. Pada tahun ini juga diprediksi kelompok pembobol data baru juga akan muncul dengan sasaran yang hampir sama.
Kepala unit Amerika Latin dari Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Kaspersky Fabio Assolini melihat pada 2025 dan seterusnya, ketahanan terhadap ancaman siber finansial akan menuntut langkah-langkah keamanan yang kuat dari pengguna individu dan bisnis.
Fabio menuturkan, analisis prediktif, pemantauan berkelanjutan, dan pola pikir zero-trust untuk melindungi data penting untuk diperhatikan pada tahun ini untuk melindungi data.
“Penting juga untuk menyelenggarakan program pelatihan siber rutin bagi karyawan dan memperingatkan mereka tentang potensi ancaman siber karena staf yang tidak mendapatkan cukup informasi merupakan salah satu mangsa empuk serangan awal paling umum yang dapat menyebabkan kerugian finansial yang serius bagi suatu organisasi,” kata Fabio.