Menkominfo Budi Ingin Kecepatan Internet RI Tembus 100 Mbps pada 2029

Rika Anggraeni
Kamis, 3 Oktober 2024 | 18:57 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi saat ditemui di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Jumat (19/7/2024). -Bisnis/Rika Anggraeni.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi saat ditemui di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Jumat (19/7/2024). -Bisnis/Rika Anggraeni.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berharap kecepatan internet Indonesia dapat menyentuh 100 Mbps dalam kurun waktu 5 tahun atau naik empat kali lipat dari posisi saat ini yang sebesar 25 Mbps. 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa rata-rata kecepatan internet Indonesia masih tertinggal dari kecepatan rata-rata internet di China yang tembus 160 Mbps. 

Namun demikian, Budi menyampaikan bahwa kecepatan internet di Indonesia telah melonjak 10 kali lipat dalam kurun 10 tahun terakhir, tepatnya sejak 2014–2024.

Budi mengungkap bahwa pada mulanya, kecepatan rata-rata internet di Indonesia hanya mencapai 2,5 Mbps pada 2014. Dan naik pada 2024 menjadi 25 Mbps.

“Tapi mohon maaf 10 kali lipat dibandingkan China, sekarang China itu sudah 160 Mbps. Karena itulah kita menargetkan minimal Indonesia dalam 5 tahun ke depan mesti 100 Mbps,” kata Budi dalam acara Sarasehan bersama Menkominfo di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (3/10/2024).

Pasalnya, jika teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) muncul, maka membutuhkan minimal kecepatan internet di rentang 500 Mbps—1 Gbps. Salah satunya dalam mengoperasikan platform jarak jauh.

Budi menyebut bahwa kecepatan rata-rata internet menjadi salah satu pekerjaan rumah infrastruktur digital yang harus ditangani.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Kemenkominfo terus mendorong dan memberikan stimulus agar investasi infrastruktur digital bisa lebih cepat, mudah, dan nyaman bagi pelaku industri, terutama untuk pelaku operator seluler. “Karena tulang punggungnya ini operator seluler sebagai penyedia infrastruktur digital,” ungkapnya.

Hal ini mengingat teknologi telekomunikasi di Indonesia hanya terdapat tiga pilihan, mulai dari fixed broadband, wireless, dan satelit. Budi juga mencatat bahwa home pass Indonesia baru menyentuh 15% dari jumlah penduduk dari fixed broadband.

“Jadi masih banyak tantangan kita, peluang kita masih besar dan saya yakin program pemerintahan Pak Prabowo ke depan dengan membangun rumah yang banyak. Nah, rumah perlu internet. Nggak mungkin ada rumah ngga sinyal. Karena itu sinergi dengan Kominfo ke depan semakin diperlukan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyebut bahwa kecepatan internet di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan. Dia mengungkap bahwa kecepatan internet Indonesia yang semula hanya 2,5 Mbps kini mampu menyentuh 22–25 Mbps.

Namun, pada 2024, Heru menuturkan bahwa kecepatan internet Indonesia hanya berada di atas Myanmar. Menurutnya, upaya Indonesia dalam meningkatkan kecepatan internet belum berjalan maksimal dibandingkan negara lain.

Terlebih, Indonesia juga merupakan negara yang luas. Artinya, lanjut Heru, perlu ada upaya yang lebih maksimal dalam menyediakan internet di seluruh pelosok. Sebab, layanan telekomunikasi dan infrastruktur broadband tidak bisa dikerjakan oleh satu pihak.

“Bahwa kecepatan internetnya juga harus kita dukung, dan sekarang banyak negara misalnya memiliki target untuk memberikan layanan sampai 100 Mbps. Kita masih 25 Mbps, nah ini kan tantangannya jauh,” kata Heru dalam acara Bisnis Indonesia Forum bertajuk Pemerataan Internet di Daerah 3T pada Masa Pemerintahan Presiden Jokowi di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Heru mengatakan, jika internet hanya dibangun di wilayah Jakarta atau Pulau Jawa saja, maka akan berdampak pada rendahnya kecepatan internet di wilayah lain. “Karena perhitungan dari kecepatan internet itu adalah rata-rata. Sehingga kita juga perlu concern juga,” terangnya.

Untuk itu, Heru mengingatkan perlu dilakukan pemetaan terhadap tiap daerah yang lebih membutuhkan kecepatan internet yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan bahwa kecepatan internet sebesar 100 Mbps, akan sulit dicapai jika terlalu banyak penyelenggara jasa internet (ISP) atau supply di satu wilayah, dibandingkan permintaan (demand). Imbasnya, hal ini akan mengacaukan atanan ekosistem yang kemudian terjadi perang harga.

“Kualitas [internet] bagaimana kita mau mencapai 100 Mbps, atau mau bersaing dengan beberapa negara tetangga yang mungkin punya kapasitas lebih tinggi lagi? Itu sulit ketika terlalu banyak supply, sehingga kualitas yang bisa kita jaga,” ujar Arif.

Arif menilai, agar internet di Indonesia merata, maka dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan penyelenggara. Dalam hal ini, pemerintah dinilai perlu memberikan stimulus atau insentif kepada penyelenggara.

sebesar 13,63 Mbps, dan latensi sebesar 24 ms.

Di sisi lain, jika menengok kondisi rataa-rata kecepatan internet fixed broadband Indonesia menempati urutan ke-119, atau naik dua tingkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada Agustus 2024, kecepatan rata-rata unduh internet fixed broadband di Indonesia mencapai 32,06 Mbps dengan kecepatan unggah sebesar 19,37 Mbps, dan latensi di angka 8 ms.

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper