Ini Calon Pesaing Starlink di Indonesia: One Web hingga Amazon Project Kuiper

Rika Anggraeni
Sabtu, 14 September 2024 | 12:06 WIB
Antena penangkap sinyal internet Starlink terbaru/ dok. X. com Oleg Kutkov
Antena penangkap sinyal internet Starlink terbaru/ dok. X. com Oleg Kutkov
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Sudah hampir 4 bulan layanan internet berbasis satelit orbit rendah bumi atau Low Earth Orbit (LEO) Starlink milik Elon Musk masuk ke Indonesia sejak 19 Mei 2024.

Di Indonesia, Starlink kembali melakukan diskon harga perangkat sebesar 33% menjadi Rp3,9 juta dari semula Rp5,9 juta. Diskon perangkat Starlink ini berlaku hingga 16 September 2024, atau dua hari lagi.

Meski harga perangkat Starlink turun, layanan termurahnya masih dibanderol Rp750.000 per bulan dengan kuota tanpa batas.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyampaikan bahwa hingga saat ini pemain internet satelit LEO asing yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Starlink dari SpaceX yang telah berbadan usaha di Indonesia melalui PT Starlink Services Indonesia.

Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo Wayan Toni Supriyanto mengatakan bahwa secara global terdapat beberapa pemain utama internet satelit LEO lainnya, seperti One Web, Telesat, dan Amazon Project Kuiper.

Di samping Starlink milik Elon Musk, Wayan menyampaikan bahwa sejak 2023, One Web telah bekerja sama dengan salah satu penyelenggara telekomunikasi di Indonesia untuk keperluan backhaul. Meski begitu, Wayan mengaku belum ada informasi perluasan layanan satelit orbit rendah bumi milik asing lainnya yang melakukan penjajakan di Tanah Air.

“Saat ini belum ada informasi resmi terkait rencana perluasan layanan LEO oleh beberapa pemain internet satelit asing tersebut di Indonesia,” kata Wayan kepada Bisnis, Jumat (14/9/2024).

Kendati demikian, Wayan tak menampik potensi masuknya pemain internet satelit LEO asing lain ke Indonesia. Bahkan, menurutnya ada potensinya akan sangat besar, terutama karena banyak wilayah di Indonesia, seperti daerah pedesaan dan terpencil yang belum terjangkau oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional seperti fiber optik atau jaringan seluler.

“Secara keseluruhan, hadirnya teknologi satelit LEO di Indonesia berpotensi menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi kesenjangan akses internet dan meningkatkan inovasi dan kualitas layanan sehingga dapat bermanfaat besar bagi konsumen dan sektor digital,” ungkapnya.

Di sisi lain, Wayan menambahkan bahwa hadirnya pemain internet satelit LEO asing juga memberikan tantangan besar bagi peta bisnis telekomunikasi, baik dari sisi persaingan yang meningkat maupun perubahan model bisnis.

“Sehingga perlu penyesuaian dan respons yang hati-hati dari para stakeholder terkait untuk dapat mengantisipasi dinamika pasar yang terjadi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Wayan menjelaskan bahwa kehadiran penyelenggaraan telekomunikasi dari pelaku usaha asing yang masuk ke dalam pasar telekomunikasi Indonesia dalam beroperasi wajib sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun, semakin besar potensi hadirnya pelaku usaha asing, terutama yang menggunakan satelit LEO, lanjut Wayan, Kemenkominfo secara aktif memantau perkembangan teknologi dan pasar.

Dia menjelaskan bahwa upaya ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi kebijakan yang relevan dalam rangka melindungi kepentingan nasional dan pengguna.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper