Bumdes Serdam Maju, dari Konstruksi Menjadi Bisnis Internet Menggiurkan di Desa

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 27 Agustus 2024 | 11:51 WIB
Ilustrasi anak-anak mengakses smartphone, Minggu (26/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi anak-anak mengakses smartphone, Minggu (26/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) cenderung memanfaatkan pariwisata sebagai daya tarik untuk menggerakan perekonomian desa. Bumdes Serdam Maju menempuh jalur berbeda dan berhasil, meraup untung dari internet sekaligus membantu memangkas kesenjangan digital. 

Sekretaris Bumdes Serdam Maju Bersama, Hermansyah, mengatakan pada awalnya Bumdes Serdam bergerak di bidang konstruksi. Sektor ini sebenarnya cukup bagus namun pada 2020 terjadi Covid-19, yang memaksa dana desa banyak tersedot untuk penanganan Covid-19. 

Alhasil, bisnis konstruksi Bumdes Serdam nyaris tidak bergerak. Pada 2021 akhir, dirinya mendengar program dari Bakti kominfo, yang sifatnya bumdes boleh menjadi reseller bandwidth internet. Bumdes Serdam kemudian terlibat setelah mengamati dan memodifikasi langkah Bumdes desa tetangga yang telah menjajal praktik tersebut terlebih dahulu. 

“Dapat beberapa masukan bawah tidak perlu menggunakan modal besar. Yang penting produk ini legal dan seluruh persyaratan diurus. Kemudian kami melakukan perjanjian," kata Hermansyah kepada Bisnis, Senin (26/8/2024).

Perjanjian kerja sama itu mengikat antara Bumdes, Bakti kominfo dan ISP. Setelah perjanjian, pihak ISP mulai melakukan pembinaan melalui beberapa desa yang telah bergerak terlebih dahulu. 

Hermansyah bercerita pada awalnya tidak mudah untuk berjualan internet. Dirinya bersama tim mendapat penolakan dan perangkat desa meragukan bisnis tersebut dibutuhkan. 

Para warga melihat biasanya wilayah desa bisa terkenal dengan wisata dan usaha pertanian, dan harus perusahaan besar yang mengelola. Sementara BUMDES tidak besar. 

“Kami sempat mengalami beberapa keraguan dari beberapa pihak, karena kami mengalami hal tersebut kami akhirnya memutuskan tidak menggunakan dana desa namun menggunakan dana dari luar,” kata Hermansyah. 

Sekretaris Bumdes Serdam Maju Bersama, Hermansyah,
Sekretaris Bumdes Serdam Maju Bersama, Hermansyah,

Hermansyah kemudian melakukan presentasi dan memberi contoh desa-desa yang sudah sukses melakukan digitalisasi melalui program internet desa. Hermansyah juga menjelaskan kepada seluruh perangkat desa bahwa kegiatan reseller internet Bakti tidak harus membangun infrastruktur khusus seperti tiang, tetapi memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada. 

Setelah mendapat lampu hijau program ini pun akhirnya dijalankan. Program berjalan tanpa karyawan saat itu dan hanya mempekerjakan pengurus Bumdes. 

"Kami bawa tangga dan lain sebagainya, setelah terpasang 20-25 pelanggan, kami baru melakukan rekrutmen, sampai bergerak," kata Hermansyah. 

Taktik Bumdes

Seiring dengan berjalannya waktu, program internet desa Bumdes mengalami peningkatan jumlah secara konsisten di atas 50% setiap tahunnya. 

Pada tahun awal Hermansyah mengakui program ini merupakan program yang cukup menyedihkan, karena jumlah pengguna. Bumdes pada tahun itu dalam tahap membuktikan bahwasanya internet yang diberikan tidak kalah dengan penyedia jasa internet yang ada saat itu. 

"Tantangan yang paling sulit pada awal tahun itu memang adalah memasarkan produk ini. Tetapi kami memiliki kekuatan, yaitu bagian dari pemerintah desa," kata Hermansyah.

Dengan kekuatan itu, kata Hermansyah, Bumdes mencoba merekrut beberapa RT dan RW untuk menjadi perpanjangan tangan dalam memasarkan produk internet . 

Bumdes memberikan sosialisasi bahwasanya hadiah internet akan berdampak pada mereka. Dengan membangun kesadaran di tingkat RT/RW terjadi peningkatan yang luar biasa. 

"Bisnis internet ini sederhana, ketika ada yang merasa puas mereka akan sampaikan. Dari mulut ke mulut," ujar Hermansyah.

Misalnya, lanjutan Hermansyah, jika Bumdes memberikan mereka kapasitas 10 mbps, paling rendah itu naik sampai 7 -8 Mbps.  Hal itu menjadi perhatian masyarakat di daerah tertinggal, di mana internet dengan embel-embel 50 mbps dapat ditandingi oleh  internet 10 mbps. 

Bumdes Serdam juga menyasar masyarakat menengah ke bawah untuk mendorong layanan ini. Jika kompetitor menjual internet tetap seharga Rp300.000/bulan untuk 50 Mbps, Bumdes menyasar masyarakat yang tidak mampu berlangganan internet rumah kompetitor dengan harga Rp153.000 per bulan untuk bandwidth 5 Mbps, yang bisa dipakai sampai 4 perangkat. 

"Jadi dengan cara itu, dari mulut ke mulut, ini bagus. Ini momen pas saat orang mengeluh biaya kuota yang mahal akhirnya terjawab,” kata Hermansyah. 

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper