Bisnis.com, JAKARTA — PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli menjadi satu-satunya platform e-commerce yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pengusaha lokal. Lantas, apakah ke depan anak perusahaan Grup Djarum itu akan berlabuh ke tangan asing?
Merujuk laporan keuangan perusahaan, mayoritas saham BELI digenggam oleh PT Global Investama Andalan (GIA) dengan persentase 81,39% per Juni 2024. Perlu diketahui, GIA merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Djarum milik keluarga Hartono.
CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto mengatakan bahwa perusahaan berkomitmen penuh menjadi kebanggaan Tanah Air. Kusumo pun mengakui bahwa Blibli menjadi satu-satunya platform e-commerce milik Indonesia.
“Jadi memang benar kami ini sekarang menjadi satu-satunya yang milik orang Indonesia. Nggak tahu nih, apakah teman-teman para pelanggan ini juga bisa melihat dan membantu bagaimana kita terus menjadi kebanggaan negara ini. Kalau dari kami, kami fully commited,” kata Kusumo dalam acara Kenal Lebih Dekat Ekosistem Blibli Tiket di Jakarta, Senin (22/7/2024).
Kusumo menyampaikan bahwa perusahaan meyakini potensi pasar e-commerce masih besar. Di samping itu, lanjut dia, Blibli juga bangga bisa menjadi bagian dari perkembangan ekonomi Indonesia.
“Dan tentunya salah satu yang membedakan juga adalah dari sponsor kami. Kalau dari sponsor kami, dari awal sudah commit, mereka terus berkomitmen ke depannya, ya, mereka tetap berkomitmen,” ungkapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, salah satu e-commerce yang diambilalih asing adalah PT Tokopedia oleh TikTok. Kini, platform social commerce asal China di bawah naungan ByteDance itu menjadi pemegang saham pengendali baru yang menggenggam 75% saham Tokopedia.
Adapun, nilai investasi yang digelontorkan TikTok dalam transaksi akuisisi Tokopedia adalah senilai US$1,5 miliar untuk menggabungkan TikTok Shop dengan Tokopedia milik GoTo Group.
Kala itu, Chief Executive Officer PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Patrick Walujo pernah mengatakan bahwa aksi pelepasan saham Tokopedia dapat terjadi karena adanya upaya keras dari GOTO untuk menggandeng TikTok.
Kendati demikian, Patrick menyebut banyak kritik yang datang terhadap kesepakatan pelepasan saham Tokopedia ke TikTok ini.
Sementara itu, berdasarkan laporan Momentum Works bertajuk ‘Ecommerce in Southeast Asia 2024’, TikTok Shop dinobatkan menjadi e-commerce terbesar kedua di Asia Tenggara, pascamengambil alih Tokopedia.
Merujuk laporan tersebut, TikTok Shop mampu meningkatkan nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) hampir empat kali lipat dari posisi 2022 yang hanya US$4,4 miliar atau sekitar Rp71,32 triliun menjadi US$16,3 miliar atau sekitar Rp264,22 triliun pada 2023 (asumsi kurs Rp16.210 per dolar AS).
“Setelah mengambil alih Tokopedia, TikTok Shop menjadi platform e-commerce terbesar kedua di Asia Tenggara,” demikian yang dikutip dari laporan Momentum Works bertajuk ‘Ecommerce in Southeast Asia 2024’, Selasa (16/7/2024).
Lebih lanjut, pasca mampu menumbuhkan nilai GMV hampir empat kali lipat, TikTok Shop juga memiliki skala yang sama dengan Lazada dan Tokopedia yang merupakan pemain tertua di sektor e-commerce.
Bahkan, TikTok Shop di kawasan Asia Tenggara telah menyusul Tokopedia. TikTok Shop juga memiliki pangsa pasar e-commerce yang sama dengan Lazada di Malaysia.
“Karena angka yang disajikan di sini bersifat tahunan, dan TikTok Indonesia telah bergabung dengan Tokopedia, TikTok Shop secara efektif telah menjadi platform terbesar kedua di Asia Tenggara pada 2024,” ungkapnya.