Respons Operator
Rencana Elon Musk yang akan merilis layanan direct to cell membuat operator buka suara. Sejumlah operator kompak layanan ini bisa diimplementasikan dengan kerja sama.
Dari kacamata operator Telkomsel, misalnya, melihat layanan Starlink direct to cell memiliki potensi untuk mengubah lanskap industri telekomunikasi di Indonesia.
VP Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel Saki Hamsat Bramono berharap pemerintah dapat terus menciptakan equal playing field dengan keadilan dalam pemberlakuan pemenuhan kewajiban penyelenggaraan telekomunikasi kepada setiap pelaku dan penyedia layanan, termasuk Starlink.
Pemberlakuan yang sama itu mencakup kewajiban pendirian badan usaha yang berkedudukan di Indonesia, penerapan kebijakan perpajakan, kewajiban pembayaran PNBP, kewajiban pemenuhan QoS, TKDN, hingga aspek potensi interferensi, aspek perlindungan dan keamanan data, serta aspek kedaulatan bangsa.
Saki menuturkan bahwa Telkomsel akan terus mengikuti dan mengadopsi perkembangan teknologi yang ada dan mengkaji dampaknya terhadap bisnis dan strategi perusahaan.
Telkomsel, lanjut Saki, terus meningkatkan kualitas layanan, memperluas jangkauan jaringan, dan mengadopsi teknologi inovatif untuk memastikan kepuasan pelanggan tetap terjaga.
Saki menambahkan bahwa operator pelat merah itu juga akan memperkuat kerja sama dengan para pemangku kepentingan dan melakukan inovasi untuk tetap kompetitif di pasar yang dinamis ini.
“Apabila pada akhirnya pemerintah tetap mengizinkan adanya layanan direct to cell, maka kami berharap implementasinya dilakukan melalui kerja sama dengan operator seluler existing,” ujarnya.
Adapun, Saki menyatakan bahwa Telkomsel telah dan akan terus melakukan koordinasi dengan Kemenkominfo, asosiasi telekomunikasi, dan pemain industri terkait lainnya untuk membahas implikasi dari layanan baru Starlink direct to cell.
“Kami berkomitmen untuk berkolaborasi dalam memastikan regulasi yang adil dan kompetitif serta menjaga ekosistem telekomunikasi yang sehat di Indonesia yang senantiasa mengedepankan pemenuhan kebutuhan masyarakat luas dan menjaga kepentingan nasional yang lebih luas,” terangnya.
Sementara itu, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir mengungkap bahwa Starlink direct to cell akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan industri telekomunikasi yang sudah ada saat ini, termasuk bagi seluruh operator dan XL Axiata.
“Karena direct to cell artinya Starlink sudah langsung B2C,” ujar Marwan kepada Bisnis.
Selain ke industri telekomunikasi, Marwan menyebut dampak Starlink direct to cell juga akan berpotensi gangguan terhadap penerimaan negara. Sebab, kontribusi industri telekomunikasi terhadap penerimaan negara sangat besar.
“Kami berharap agar kehadiran Starlink di Indonesia bisa membuka potensi untuk berkolaborasi dengan penyelenggara seluler atau operator, sehingga membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat dan perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia,” katanya.
Emiten telekomunikasi bersandi saham EXCL itu sangat berharap dan mendorong perlunya penerapan regulasi yang seimbang dari pemerintah, sehingga tercipta adanya playing field yang sama antara Starlink tersebut dengan operator yang ada.
“Termasuk memfasilitasi agar Starlink diwajibkan bekerja sama dengan operator untuk layanan B2C dan B2B, serta melakukan kontrol terhadap struktur tarif Starlink sehingga tidak berpotensi mengancam keberlangsungan usaha telekomunikasi nasional,” tuturnya.
Marwan mengaku bahwa XL Axiata menjalin komunikasi dengan asosiasi atau ATSI menyikapi layanan baru milik Starlink ini.
“Intinya, kami sangat berharap pemerintah benar-benar mempertimbangkan secara matang dan comprehensive terkait Starlink direct to cell tersebut karena potensi dampaknya terhadap keberlangsungan industri telekomunikasi sangat besar,” pungkasnya.
BTS
Terdapat kekhawatiran bahwa hadirnya Direct to Cell Starlink membuat penggelaran jaringan operator seluler melambat. Investasi besar dalam membangun jaringan, dikhawatirkan berujung sia-sia.
Selama 29 tahun, Telkomsel telah membangun 257.300 unit Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di Indonesia.
Sementara itu, XL Axiata akan menambah 10.000 BTS 4G sepanjang 2024. Pada kuartal I/2024, XL Axiata telah mengoperasikan 163.106 BTS atau tumbuh 9,6% yoy. Artinya, perusahaan telah menambah 2.982 BTS dari sebelumnya hanya 160.124 BTS pada 2023.
Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan bahwa penambahan BTS pada 3 bulan pertama 2024 itu seiring dengan momentum Idulfitri 1445 H sehingga penambahan unit BTS tersebut berasal dari new site dan upgrade LTE.
“Sampai akhir tahun ini, sebenarnya target kita sekitar 10.000. Jadi, kalau sekarang sudah [bertambah] 3.000, mungkin sekitar 7.000 BTS lagi sampai akhir tahun,” kata Gede dalam Paparan Publik XL Axiata di Jakarta, Jumat (3/5/2024).
Alhasil, emiten telekomunikasi bersandi saham EXCL itu akan memiliki sekitar 170.124 BTS 4G yang tersebar di Indonesia. Adapun, untuk saat ini XL Axiata masih berpacu meningkatkan jumlah BTS 4G.