Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebut satelit Satria-1 yang berada di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sulit beroperasi karena ketiadaan jaringan listrik.
Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kemenkominfo Sri Sanggrama Aradea mengaku sekalipun wilayah tersebut sudah dialiri sinyal dari Satria-1, tetapi tidak ada gunanya jika tidak ada listrik.
“Ini kendala luar biasa yang kita hadapi ketika kita menemui titik di ujung Papua sana, itu kita bisa langsung ke sana, kita tidak ada listrik,” ujar Aradea pada wartawan, Selasa (30/1/2024).
Hal ini dikarenakan setiap satelit telekomunikasi selalu membutuhkan stasiun bumi (VSAT) atau alat penerima sinyal internet dari satelit. Kemudian, nantinya VSAT yang akan memancarkan sinyal Satria-1 ke perangkat masyarakat.
Masalahnya, infrastruktur inilah yang kerap membutuhkan listrik untuk dapat beroperasi untuk menangkap sinyal Satria-1.
“Memang kita di dunia telekomunikasi ini bisa langsung mengirim sinyal ke sana (daerah 3T), tetapi listrik ini kan butuh repeater-repeater yang banyak. Nah ini salah satu kendala dan harapannya ke depan,” ujar Aradea
Oleh karena itu, Aradea mengatakan sebenarnya masalah listrik ini sudah menjadi perhatian banyak pihak, salah satunya adalah Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Aradea mengaku beberapa kali Kemenkominfo juga telah menyuarakan hal ini kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk lebih memperhatikan kehadiran listrik di wilayah-wilayah terpencil.
“Kebutuhan masyarakat ini kepada internet sudah menjadi kewajiban bagi mereka, sehingga kehadiran listrik yang paling utama menjadi kewajiban juga, secara tidak langsung,” ujar Aradea.
Sebagai informasi, pemerintah sudah meluncurkan satelit geostasioner Satelit Republik Indonesia 1 (Satria-1) untuk membawa sinyal internet ke daerah-daerah terpencil. Mulanya, akan ada 160.000 titik yang disasar, tetapi setelah dikaji ulang, titik yang disasar hanya tinggal 37.000.
Adapun pengaktifan VSAT di 37.000 titik ini akan dilakukan bertahap di seluruh Indonesia. Pada 2023 sendiri, sudah diaktifkan sekitar 4.500-an titik di seluruh Indonesia. Namun, memang masih berfokus di Indonesia bagian tengah dan barat.
“Kebetulan karena kemarin itu last minute, kita bangunnya lebih banyak di barat dan tengah. Di timur itu ada perwakilan 40 lokasi di Papua, soalnya Papua sekarang keadaannya agak mencemaskan karena faktor keamanan dan lain-lain,” ujar Aradea.
Sementara untuk 2024, target pengaktifan VSAT, kata Aradea mencapai 20.000 titik baru secara merata di seluruh Indonesia. Adapun target pembangunan per bulan adalah 2.000 titik.