Bisnis.com, JAKARTA -- Penjualan Ericsson dan Nokia di India tercatat anjlok pada kuartal IV/2023 seiring dengan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi Reliance Jio dan Bharti Airtel. Keduanya mengurangi belanja 5G, setelah jor-joran pada 2022.
Pihak Ericsson dan Nokia menilai penurunan penjualan produk terjadi setelah pertumbuhan yang kuat sejak kuartal IV/2022. Pada 2023, dua perusahaan telekomunikasi nasional di India masih memonetisasi jaringan 5G serta memotong belanja modal (capex).
Dilansir The Economic Times (ET), Jumat (26/1/2024), Nokia mencatat net penjualan turun 33% dari periode sebelumnya ke 379 juta euro pada tiga bulan terakhir 2023. Sementara itu, Ericsson tercatat lebih anjlok hingga 40% pada periode yang sama.
CEO Nokia Pekka Lundmark menilai penurunan penjualan di India disebabkan oleh normalisasi investasi pada perusahaan telekomunikasi di negara tersebut.
Adapun CEO Ericsson Borje Ekholm menyalahkan penurunan itu pada pemotongan capex yang lebih cepat oleh perusahaan telekomunikasi India.
Ke depan, Pekka Lundmark melihat bahwa tantangan di 2024 bakal berkaitan dengan laju investasi jaringan telekomunikasi di India yang semakin normal. Hal itu, tambahnya, sejalan dengan penurunan kinerja lini usaha infrastruktur jaringan baik optik maupun tetap.
Senada, Borje Ekholm juga memperkirakan ketidakpastian pasar akan tinggi memasuki 2024 seiring dengan pelanggan Ericsson yang masih tetap waspada sebagaimana laju investasi di India.
"Penurunan investasi belanja modal di India sudah diperkirakan pada awal 2024, namun terjadi lebih awal dari yang diantisipasi," ujar pihak Ericsson pada awal pekan ini.
Namun demikian, petinggi Ericsson dalam keterangannya kepada ET berpendapat bahwa kondisi tersebut tidak akan berpengaruh. Dia menilai investasi jaringan masih akan ada dalam beberapa waktu ke depan kendati dalam laju yang lebih ternormalisasi.
Hal itu berkat jaringan 5G yang masih berada dalam tahap awal, sedangkan permintaan terhadap lalu lintas data tengah mengalami pertumbuhan.
"India telah menghasilkan 12% dari net penjualan global Ericsson di 2023," tutur juru bicara Ericsson kepada ET.
Berdasarkan data kedua perusahaan telekomunikasi global itu, Ericsson mengalami peningkatan penjualan di India dari kuartal IV/2022 sedangkan Nokia mengalaminya dari kuartal I/2023.
Peningkatan tajam itu terjadi tidak lama setelah Reliance Jio dan Bharti Airtel meluncurkan jaringan 5G secara nasional dari Oktober 2022.
Saat ditemui oleh ET di Davos awal Januari 2024, Direktur Utama Bharti Airtel Sunil Mittal mengatakan bahwa perusahaannya dan Reliance Jio telah secara kolektif menginvestasikan hampir US$25 miliar untuk jaringan dan spektrum 5G dalam rentang waktu 18 bulan belakangan.
Investasi besar-besaran itu merupakan beban yang besar bagi kedua perusahaan telekomunikasi itu lantaran tidak ada pendapatan yang masuk. Apalagi, karena perusahaan menawarkan layanan 5G dengan tarif 4G.
Sejumlah analis pun memperkirakan belanja modal untuk 5G yang lebih moderat di India sepanjang tahun 2025/2026.
"Belanja modal yang besar untuk peluncuran jaringan secara tipikal tidak terjadi dalam skala linier namun dalam interval. Jadi, Nokia dan Ericsson akan melihat pelambatan pada momentum penjualan jaringan mereka di India sepanjang 2025-2026, yang akan menyebabkan tekanan pada keuangan mereka," kata Mahesh Uppal, Direktur Com First India, sebuah perusahaan konsultan telekomunikasi.
Kendati demikian, Nokia dan Ericsson telah membukukan pertumbuhan penjualan yang kuat dari lini usaha jaringan seluler mereka di India.
Hal itu didorong oleh berbagai kontrak 5G yang diperoleh di India pada tahun sebelumnya. Kedua perusahaan global itu merupakan pemasok utama perankat 5G kepada Reliance Jio dan Bharti Airtel.