Telkomsel Sebut Killer Apps 5G Belum Optimal, PHK Ericsson Merembet ke RI?

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 24 Januari 2024 | 16:55 WIB
Mahasiswa ITB yang sedang memperagakan hasil Pengembangan IoT untuk berbagai aplikasi bagi Smart Home hingga Solusi Industri dan Inovasi B2B seperti Drone Application pada Laboratorium Riset 5G Hive.
Mahasiswa ITB yang sedang memperagakan hasil Pengembangan IoT untuk berbagai aplikasi bagi Smart Home hingga Solusi Industri dan Inovasi B2B seperti Drone Application pada Laboratorium Riset 5G Hive.
Bagikan

Bisinis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menyebut killer application 5G untuk pelanggan ritel masih terbatas, berbeda dengan pelanggan korporasi yang mulai muncul secara bertahap. 

Killer Application atau Killer Apps adalah suatu program komputer yang sangat diperlukan atau diinginkan, yang kemudian secara subtansi dapat meningkatkan penjualan suatu teknologi karena adanya kebutuhan untuk menjalankan program tersebut.

Seluruh aplikasi ritel saat ini sudah dapat berjalan dengan jaringan 4G. Belum ada aplikasi yang benar-benar membutuh jaringan 5G. 

Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Saki H. Bramono mengatakan dalam menggelar 5G perusahaan selektif dan melihat kebutuhan. Penggelaran 5G mempertimbangkan banyak hal, termasuk trafik di suatu wilayah khususnya untuk pelanggan ritel.

“Kami tidak mau membangun 5G tetapi kebutuhan di suatu daerah belum banyak. Dari sisi payload, trafik, 5G itu untuk konsumer itu seperti apa? apakah lebih cocok untuk B2B? karena kami sudah mengimplementasikan kemarin,” kata Saki kepada Bisnis, Rabu (24/1/2024). 

Diketahui, pada Mei 2023, implementasi 5G di Tanah Air memasuki babak baru dengan uji coba Robotic Telesurgery (bedah robotik jarak jauh) pertama di Indonesia yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memakai jaringan dari Telkomsel. 

Uji coba dan demonstrasi use case 5G Robotic Telesurgery oleh Kemenkes memakan waktu hingga 4 bulan atau telah berlangsung sejak Februari 2023.  

Dalam skenario penerapan teknologi Robotic Telesurgery secara real-time, dibutuhkan kapasitas bandwidth besar dan latensi rendah pada fungsi data controlling, intra-abdominal real image transfer, dan video communication.  

Adapun sebagai operator terbesar di Indonesia, Telkomsel mengoperasikan 470 unit base transceiver station (BTS) 5G hingga Desember 2023 dengan menjangkau 48 kota.

Adapun untuk mengembangkan 5G di pasar ritel, kata Saki, terdapat beberapa tantangan, salah satunya adalah belum adanya killer app untuk 5G. 

Namun demikian, perusahaan tetap berkomitmen untuk membangun jaringan 5G di Tanah Air, guna memberikan layanan internet berkualitas dan terdepan, yang memberi manfaat besar bagi masyarakat. 

“Untuk konsumer kami masih melihat akan seperti apa kebutuhannya di 5G, karena kami lihat kayanya killer appsnya belum terlalu banyak untuk konsumer, kecuali untuk B2B,” kata Saki.  

Saki mengatakan perusahaan juga melihat skala ekonomi dalam penggelaran 5G. Sebuah teknologi dapat dikatakan murah atau mahal tergantung pada skala ekonomi di suatu daerah, termasuk perihal 5G.

Dalam penggelaran 5G, lanjutnya, Telkomsel bekerja sama dengan banyak vendor seperti Huawei, Ericsson hingga ZTE. 

Sementara itu, Ericsson berencana kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk meningkatkan bisnisnya di tengah kinerja perusahaan yang merugi dan penetrasi 5G yang lambat.

Dikutip dari Reuters, diprediksi akan ada penurunan permintaan untuk peralatan 5G, produk yang kini menjadi andalannya. 

Setelah beberapa tahun permintaan peralatan 5G tinggi, pembelian oleh penyedia telekomunikasi melambat tahun lalu, mendorong perusahaan seperti Ericsson dan Nokia, membuka pilihan untuk memberhentikan ribuan karyawan guna menghemat biaya.

Diketahui, sumber pendapatan utama Ericsson adalah pasar di Amerika Utara tengah mengalami perlambatan. Selain itu, India yang kerap menjadi pasar favorit Ericsson juga diprediksi akan mengalami perlambatan penjualan.

“Kami memperkirakan ketidakpastian pasar saat ini akan berlanjut hingga 2024 dengan penurunan lebih lanjut pasar RAN (Radio Access Network) di luar Tiongkok karena pelanggan kami masih berhati-hati. Lalu, laju investasi juga sudah kembali normal di India,” ujar CEO Ericsson Börje Ekholm, dikutip dari Reuters, Rabu (24/1/2024).

Bisnis coba mengonfirmasi mengenai perkembangan bisnis 5G Ericsson di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, Ericsson tak kunjung memberi jawaban.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper