Profil Zenius, Startup yang Tutup Setelah 20 Tahun Beroperasi di RI

Crysania Suhartanto
Kamis, 4 Januari 2024 | 10:32 WIB
Logo Zenius/dok. tangkapan layar X.com
Logo Zenius/dok. tangkapan layar X.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Startup edukasi-teknologi (edutech) Zenius mengumumkan tutup sementara usai 20 tahun beroperasi di Indonesia. 

“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” tulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023).

Manajemen Zenius menyatakan bahwa keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional di tengah isu musim dingin teknologi (winter tech) beberapa tahun terakhir.

Mengutip laman Zenius, StartUp ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004. Saat itu, para founder Zenius, mulai dari Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta membentuk bisnis ini tanpa bantuan modal dari pihak eksternal sama sekali. 

Upaya ini pun dilakukan demi satu cita-cita mulia, yakni mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital. Tentu, ini bukanlah langkah yang mudah. Salah satu kendala utamanya adalah penetrasi internet yang masih sangat terbatas.

Oleh karena itu, Zenius memulai bisnisnya dengan membuka bimbel konvensional. Untuk versi digitalnya, mereka mencoba merekam video edukasi untuk dijual dalam bentuk CD.

“Itu pun operasional kantornya masih nebeng di rumah bimbel Sony Sugema Collage Tebet, yang didapat karena atas dasar hubungan baik Pak Medy dengan alm. Pak Sony Sugema,” dikutip dari laman Zenius.

Singkat cerita, rupanya CD satuan Zenius mendapat respons positif dari masyarakat. Alhasil untuk lebih mengepakkan sayapnya, Zenius dibentuk menjadi perusahaan PT Zenius Education pada 7 Juli 2007.

Sejak saat itu, Zenius mulai mengembangkan bisnisnya dengan berbagai macam konsep produk baru, termasuk website belajar online.

Berdasarkan laman Zenius, jumlah pengunjung situs edukasi ini terus meningkat di setiap tahun ajaran.

Mulai dari 268.000 pengunjung pada tahun ajaran 2011-2012, naik ke 2,1 juta pengunjung pada 2012-2013, lalu 4,9 juta pengunjung pada 2013-2014, dan puncaknya pada 2016-2017 yakni 17,2 pengunjung.

Selain itu, jumlah video Zenius yang dibuat dan ditonton juga makin banyak pada masanya. Sampai dengan Juni 2017, total video materi yang berhasil didokumentasikan Zenius sebanyak 66.000 video dan 3.000 paket latihan.

Adapun, jumlah video yang diputar secara daring pada 2011-2012 mencapai 1,2 juta, lalu bertambah menjadi 6,2 juta pada 2012-2013, meningkat menjadi 12 juta pada 2013-2014, lalu terakhir pada 2016-2017 menjadi 38 juta.

Menariknya, video ini juga diperjualbelikan secara luring. Sampai Juli 2017, Zenius Education tercatat pernah memiliki 5 distributor utama dan 424 reseller di seluruh Indonesia, di antaranya 312 reseller masih aktif sampai sekarang. Selain itu, Zenius Education juga memiliki 15 jaringan outlet resmi di Gramedia seluruh Indonesia.

Alhasil, banyak murid yang merasa puas setelah belajar bersama dengan Zenius.

“Fyi biar gue gak keterima SBMPTN, tapi gue sangat puas kuadrat deh. Bukan masalah penerimaannya, Zenius udah secara gokil mengubah pandangan gue terhadap dinamika di realita yang gue alami sehari-hari,” ujar Alfinsa di laman Zenius pada 2016.

“Zenius telah membawa deep insight ke hidup ane hehe,” ujar Muhammad Fadel.

“ I’ve been a member since October 2014 and still counting:))), dan selama hampir 2 tahun jadi member di Zenius, I feel a huge different, mulai dari yang gada semangat belajar, terus sering nyontek, eeeeh sekarang, udah bay bay sama hal yang kaya gitu, thank u Zenius!,” ujar Sarah.

Tak heran, dengan semua pencapaian itu, Zenius sempat dilirik oleh beberapa modal ventura besar. 

Pada 2009, startup edutech ini sempat mendapat pendanaan dari Northstar Group, modal ventura yang dinahkodai Patrick Walujo sebesar US$20 juta.

Kemudian 13 tahun berselang, MDI Ventures, modal ventura milik Telkom, kembali menyuntikan pendanaan untuk jumlah yang tak disebutkan. Pendanaan tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dan perluasan ekosistem pembelajaran Zenius.

Sayangnya, pendanaan yang masuk tersebut tak mampu menyelamatkan Zenius dari musim dingin perusahan teknologi yang melanda beberapa tahun belakangan ini.

Penjualan produk Zenius melalui reseller, distributor, dan outlet resmi sudah berakhir per 1 Mei 2019.

Lalu, pada Agustus 2022, platform edutech tersebut sempat berusaha untuk bertahan dengan melakukan reorganisasi dan memangkas jumlah karyawan dengan jumlah yang dikabarkan mencapai ratusan.

Namun, perampingan itu tidak berhasil menyelamatkan perusahaan, sampai pada Januari 2024, Zenius memutuskan berhenti beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper