Bisnis.com, JAKARTA - GSMA melaporkan hanya 40% perempuan Indonesia yang menggunakan internet secara regular. Angka inipun lebih rendah daripada masyarakat laki-laki yang menggunakan internet secara regular, yakni 50%.
Head of Mobile Development GSMA Max Cuvellier Giacomelli mengatakan ketidaksamaan persentase ini (gender gap) ini sudah mencapai 21%. Menurut Max, hal ini terlihat dari pengeluaran masyarakat untuk internet per bulannya.
“Jadi salah satu yang paling terlihat adalah adanya gender gap. Perempuan cenderung lebih sedikit untuk menggunakan internet dibandingkan laki-laki di negara-negara dengan penghasilan menengah ke bawah,” ujar Max pada paparannya, Rabu (6/12/2023).
Max menambahkan hal inipun juga berdampak pada masih sedikitnya perempuan yang membuat bisnis UMKM, jika dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan data dari GSMA, pemilik UMKM dengan gender laki-laki mencapai 70% sementara perempuan hanya 58%.
Masalahnya, Max mengatakan tren yang sama juga dijumpai di sejumlah negara lainnya, seperti Bangladesh, India, Kenya, Guatemala, dan Pakistan.
Diketahui, tren global menemukan gender gap pada 2017 sempat mencapai 25%. Namun, angka ini menurun hingga mencapai angka terendahnya pada 2020, yakni sebesar 15%.
Sayangnya, imbas pandemi dan ekonomi global yang tidak menentu, gender gap dalam hal internet ini kembali meningkat menjadi 18% pada 2021 dan kembali meningkat hingga 19% pada 2022.
Padahal, Max mengatakan saat ini persentase masyarakat baik perempuan maupun laki-laki yang sudah paham teknologi sudah hampir sama, yakni 86% dari keseluruhan laki-laki dan 83% dari keseluruhan perempuan. Sehingga gender gap-nya sebesar 3%.
Namun memang, Max mengaku jarak persentase kepemilikan ponsel antara laki laki dan perempuan sudah mulai menjauh, menjadi 88% dan 77% dengan gender gap sebesar 10%.
Lalu jarak persentase penggunaan internet antara laki-laki dan perempuan juga makin jauh dengan masing-masing sebesar 60% dan 51%. Alhasil, ada gender gap sebesar 15%.