Internet Satria-1 Dibanderol Rp2,5 Juta per Bulan, Sasar Sektor Kesehatan

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 17 November 2023 | 18:17 WIB
Suanasa nonton bareng peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 di Skyworld TMII, Jakarta, Senin (19/6/2023)/Kemkominfo
Suanasa nonton bareng peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 di Skyworld TMII, Jakarta, Senin (19/6/2023)/Kemkominfo
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menyampaikan harga layanan satelit Satria-1 mencapai Rp2,5 juta per bulan untuk kecepatan internet sebesar 3-20 Mbps. Rencananya, layanan tersebut akan masuk ke sektor pendidikan hingga kesehatan. 

Direktur Utama Bakti Kominfo Fadhilah Mathar mengatakan akses internet melalui Satria-1 yang disediakan Bakti Kominfo merupakan pilihan layanan yang cukup besar pembiayaannya. 

Sehingga untuk lebih mempercepat dan mengoptimalkan layanan ke depannya, dimungkinkan opsi pembiayaan bersama dari setiap Kementerian dan Lembaga (K/L) dalam  memenuhi komponen ground segment (VSAT). 

Komponen tersebut dapat disediakan oleh Bakti atau disediakan oleh K/L dalam bentuk sewa layanan (managed service). 

“Untuk komoditas layanan VSAT ini sudah kami sediakan dalam Katalog LKPP sehingga bisa di belanjakan langsung oleh K/L. Biaya per bulannya kurang lebih Rp2,5 juta untuk mendapatkan internet sebesar 3-20mbps per bulannya,” kata Fadhilah kepada Bisnis, dikutip Jumat (17/11/2023). 

Dengan kecepatan internet tersebut, Fadhilah berharap dapat mencukupi kebutuhan esensial yang menunjang produktivitas dari setiap titik layanan publik yang disediakan.

Stasiun bumi penangkap sinyal Satria-1
Stasiun bumi penangkap sinyal Satria-1


Pada 1 November 2023,  Satelit Multifungsi Satria-1 telah sampai di orbit 146 bujur timur (BT) dan tengah melakukan serangkaian uji coba sebelum beroperasi secara penuh.

Satria-1 akan menjalani tahapan In-Orbit Testing (IOT) pada awal November untuk memeriksa performa satelit terutama untuk subsistem payload. Setelah itu, Satria-1 akan menjalani proses integrasi dengan sistem ground dan ujicoba end-to-end agar siap beroperasi,

Untuk segmen ruas bumi, seluruh proses instalasi Radio Frequency Gateway (RFGW) 13 meter maupun Carrier System Monitoring (CSM) SATRIA-1 di sebelas gateway atau stasiun pengendali di bumi saat ini telah dirampungkan.

Demikian pula kegiatan OSAT (on site acceptance test) untuk perangkat RFGW maupun CSM juga telah dirampungkan. OSAT merupakan kegiatan pengetesan dan pengecekan site guna memastikan kesiapan perangkat sebelum beroperasi. Kegiatan OSAT di setiap lokasi dilakukan terhadap perangkat RFGW serta CSM.

Ada 11 stasiun bumi yang tersebar di seluruh Indonesia: GW01 Batam, Kepulauan Riau; GW02 Cikarang, Jawa Barat; GW03 Pontianak, Kalimantan Barat; GW04 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; GW05 Tarakan, Kalimantan Utara; GW06 Manado, Sulawesi Utara; GW07 Kupang, NTT; GW08 Ambon, Maluku; GW10 Timika, Papua; GW11 Jayapura, Papua.

Di sisi lain, permintaan terhadap akses internet terus meningkat khususnya untuk sektor kesehatan. 

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan Kemenkes akan merevitalisasi serta mendigitalisasi seluruh puskesmas dan posyandu di Tanah Air.

Targetnya, sebanyak 10.000 puskesmas dan 300.000 posyandu di Indonesia sudah terstandardisasi pada akhir tahun ini. Mereka akan memiliki satu aplikasi yang dapat diintegrasikan. 

Dalam upaya mencapai hal itu, Kemenkes menghadapi kesulitan akses internet. Dari 10.000 puskesmas, terdapat 2.500 unit yang masih bermasalah dari sisi konektivitas.

Kekosongan konektivitas membuat puskesmas kesulitan dalam mengakses data dan melakukan komunikasi jarak jauh untuk membantu diagnosis. 

Tidak semua puskemas, bahkan rumah sakit, memiliki dokter spesialis yang mumpuni. Oleh sebab itu, petuah dan masukan dari dokter spesialis akan sangat berguna untuk menghadapi kasus-kasus yang terdapat di daerah terpencil dengan bantuan internet. 

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward menilai penganggaran Rp2,5 juta per bulan/titik harus dibicarakan dengan lembaga dan kementerian milik negara. 

Selama ini, lembaga dan kementerian cenderung mendapatkan internet secara gratis.  Bakti, lanjutnya, juga membutuhkan dukungan dari ekosistem lain untuk memberikan internet di lembaga dan kementerian. 

Ian juga meyakini bahwa kehadiran internet Satria di lokasi-lokasi tersebut, akan berdampak pada pertumbuhan dan laju ekonomi setempat. 

“Pasti terbantu untuk menyelesaikan tugas, tentu memang perlu dihitung layanan apa saja yang seharusnya diberikan dan efek pertumbuhan laju manusia atau ekonomi setempat ikut tumbuh,” kata Ian. 

Satelit Satria di luar angkasa
Satelit Satria di luar angkasa


Dia juga menyarankan agar layanan Satelit Satria tetap optimal di daerah-daerah yang terlayani, harus dilakukan penilaian secara berkala 

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan Satelit Satria awalnya didesain untuk 150.000 titik. Artinya tiap titik hanya 1 Mbps. Namun, jumlah tersebut direvisi menjadi 37.000 titik untuk meningkatkan rata-rata kecepatan internet pada masing-masing titik. 

Heru belum dapat membayangkan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing titik dengan kecepatan yang meningkat hingga 3-20 Mbps tersebut. Namun, secara umum fasilitas pemerintahan seperti layanan kesehatan dan pendidikan, seharusnya mengalami peningkatan. 

Hal tersebut disebabkan daerah-daerah yang menjadi target layanan Bakti adalah daerah-daerah yang awalnya belum mendapat akses internet, menjadi memiliki akses internet. 

“Selama ini yang kita dengar yang menjadi sasaran penerima manfaat adalah sektor kesehatan yang dalam hal ini Puskesmas dan Sekolah,” kata Heru. 

Direktur Layanan TI Bakti Kemenkominfo Bambang Noegroho mengatakan mayoritas dari titik yang mendapat layanan Bakti nantinya adalah sektor pendidikan dan kesehatan dengan porsi 60% dan 30%. 

“Tetapi kami tidak menampik kebutuhan untuk beberapa hal seperti layanan publik dan pertahanan keamanan,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper