Eksodus Seller TikTok Shop, Akankah Kembali Lagi Setelah Rilis E-commerce?

Crysania Suhartanto
Jumat, 20 Oktober 2023 | 07:00 WIB
Iklan tiktok dalam layar yang berada di stasiun metro Washington DC, Amerika Serikat pada Kamis (30/3/2023). - Bloomberg/Andrew Harrer
Iklan tiktok dalam layar yang berada di stasiun metro Washington DC, Amerika Serikat pada Kamis (30/3/2023). - Bloomberg/Andrew Harrer
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para penjual (seller) dan affiliate TikTok Shop disebut melanjutkan aktivitas perdagangan mereka di e-commerce lain, mengingat platfor TikTok saat ini telah dilarang untuk bertransaksi dan TikTok belum memiliki e-commerce secara mandiri. 

Kebijakan larangan transaksi di aplikasi media sosial benar-benar memberi keuntungan bagi kompetitor TikTok. 

Partner GroupM Indonesia Rina Simon mengatakan beberapa penjual di TikTok Shop saat ini sudah beralih ke platform e-commerce lain. Namun, mereka tetap melakukan promosi lewat TikTok.  

GroupM Indonesia sendiri merupakan perusahaan investasi media iklan, yang telah beroperasi di 81 negara. GroupM menaruh perhatian kepada para seller berjualan usai TikTok Shop dilarang.

“Beberapa (penjual) di antaranya sudah dimigrasikan ke pasar elektronik yang lain. Namun, adapula yang dengan cerdik terus melakukan penjualan langsung,” ujar Rina pada paparannya di Tech in Asia Conference, Kamis (19/10/2023).

Data tentang lama waktu pengguna internet di dunia dalam menghabiskan waktu di sosial media.
Data tentang lama waktu pengguna internet di dunia dalam menghabiskan waktu di sosial media.

Rina menjelaskan, para penjual yang masih melakukan siaran langsung biasanya dengan cerdik tetap menaruh pranala penjualan, tetapi tidak memberitahukan barang tersebut dijual di e-commerce mana.

Selain itu, para penjual yang masih bertahan di TikTok juga cenderung mengubah cara memasarkan barang dagangan.

“Mereka tidak lagi berbicara tentang TikTok Shop atau voucher yang akan tersedia 15 menit lagi,” ujar Rina. 

Rina mengaku saat ini para penjual lebih berfokus pada konten hiburan ataupun percakapan dua arah antara pedagang dengan penonton. Selain itu, Rina mengatakan penjual jadi lebih sering melakukan demonstrasi produk. 

Di sisi lain, Rina  menyarankan para pedagang yang sudah berpindah ke e-commerce lain tetap aktif di TikTok. Hal ini dikarenakan Rina masih optimistis terhadap kembalinya TikTok sebagai e-commerce. Apalagi mengingat pasar TikTok yang begitu besar di Indonesia. 

Diketahui, sebelum ditutup TikTok mengeklaim memiliki 6 juta seller dan 7 juta konten kreator, yang saling bekerja sama dalam mengembangkan TikTok. 

Sementara itu, laporan Compas.co.id pada periode 1 September - 1 Oktober 2023 mengungkapkan bahwa nilai penjualan di TikTok Shop untuk kategori fast-moving consumer goods atau FMCG mencapai angka Rp1,33 triliun di Indonesia.

Dari total transaksi tersebut, nilai penjualan yang terjadi pada kategori perawatan kecantikan sebesar Rp722 miliar, makanan minuman sebesar Rp272 miliar, ibu bayi sebesar Rp204 miliar, kesehatan sebesar Rp132 miliar, dan perlengkapan rumah sebesar Rp1 miliar. 

Dengan demikian, TikTok Shop memberikan dampak pada 17.000+ seller, 3900+ brand FMCG dan 118.000+ product listing pada kategori perawatan kecantikan, makanan minuman, ibu bayi, kesehatan, serta perlengkapan rumah. 

Sementara itu, menurut studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG), pada kalanya TikTok Shop diprediksi dapat menghasilkan peluang pasar senilai US$1 triliun atau sekitar Rp15.713 triliun di Asia Pasifik pada 2025 (asumsi kurs Rp15.713/US$).

Namun, seiring dengan hilangnya TikTok Shop dan tidak ada wadah bagi para seller dan konten kreator untuk berjualan dan berkreasi, akhirnya para seller berpindah ke platform lain untuk tetap berjualan.  

GOTO

Analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana Putra menulis dalam laporannya bahwa sebenarnya cara tercepat untuk TikTok Shop dapat beroperasi kembali di e-commerce adalah dengan melakukan kemitraan bersama pemain yang sudah ada. Adapun pemain yang dinilai paling cocok adalah GoTo

“Dengan asumsi model kemitraan, kami yakin GoTo adalah kandidat utama,” ujar Etta dalam rilisnya, Kamis (19/10/2023).

Menurut Etta, hal ini dikarenakan GoTo memiliki berapa hal penting, seperti ekosistem yang terintegrasi antara logistik dan pembayaran digital, basis pengguna yang besar di Indonesia, hingga pemahaman tentang pasar lokal. 

Etta berpendapat, nantinya kolaborasi dapat dilakukan dengan perjanjian bisnis, joint ventures atau melalui application programming interface (API).

Lebih lanjut, Etta percaya TikTok akan terus mengembangkan bisnis e-commerce-nya, karena pasarnya yang begitu besar. 

“Perdagangan elektronik industri di Indonesia memerlukan konsolidasi agar tetap kompetitif, meskipun menurut kami ini juga merupakan sebuah kasus survival of the fittest, seperti halnya TikTok bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,” ujar Etta.

Di sisi lain, agar tidak kehilangan seller dan konten kreator loyalnya,TikTok terus menghembuskan angin-angin bahwa e-commerce TikTok akan segera muncul.

Setelah lowongan pekerjaan terlihat di LinkedIn, kini TikTok resmi membuka lowongan pekerjaan di laman karier resmi TikTok.

Dikutip dari laman resmi kariernya, Tiktok menyampaikan platformnya merupakan tempat yang ideal untuk membuat e-commerce baru, yang memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna.  

Dalam laman resminya, TikTok juga menekankan bahwa e-commerce merupakan bisnis yang tepat bagi perusahaan karena TikTok sudah memiliki jutaan pengguna setia di seluruh dunia. 

Oleh karena itu, TikTok tengah mencari orang-orang yang cocok untuk mengembangkan bisnis e-commerce milik mereka.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper