Bisnis.com, JAKARTA - Satelit orbit rendah milik Elon Musk, Starlink dinilai tidak terlalu mengancam dan bisa mendoro industri telekomunikasi Indonesia jika dimanfaatkan dengan tepat.
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward bahkan mengatakan hal tersebut dapat menunjang bisnis perusahaan telekomunikasi yang sudah ada di Indonesia.
Menurut Ian, hal itu dapat dilakukan dengan melengkapi peran perusahaan telekomunikasi yang sudah ada.
“Maksudnya melengkapi daerah-daerah yang belum terjangkau oleh internet menjadi 100 persen internet Indonesia, tentu dengan mengikutsertakan penyelenggara telekomunikasi yang ada,” ujar Ian kepada Bisnis, Kamis (14/9/2023).
Selain itu, Starlink dapat membantu telekomunikasi Indonesia dengan mendukung akses pada backhaul ataupun akses pelanggan yang masih sulit dijangkau oleh operator telekomunikasi lokal.
Menurutnya, jika hal tersebut terjadi, Starlink mungkin akan dapat diterima oleh masyarakat.
Namun, hal itu perlu dilengkapi dengan syarat pemerintah yang harus memberikan perlakuan yang sama untuk semua perusahaan telekomunikasi.
“Jika memberikan kesempatan kerjasama dengan perlakuan yg sama untuk semua perusahaan telekomunikasi dan layak secara bisnis serta dapat diterima oleh masyarakat,” ujar Ian.
Sebelumnya dikabarkan kehadiran satelit orbit rendah milik Elon Musk mengancam keberadaan industri telekomunikasi di Tanah Air.
Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini pernah mengatakan kehadiran Elon Musk bisa membabat habis bisnis operator seluler.
“Apalagi sekarang muncul pemain baru yang nantinya akan mendunia kalau Elon Musk muncul, sudah masuk ke sini dan kita tidak mendapatkan playfield yang sama. Wah, itu mungkin bisa dibabat habis,” ujar Dian, Kamis (24/8/2023).
Ancaman dibabat habis inipun dipertegas dengan ucapan Menteri Kemenkominfo Budi Arie Setiadi yang mengatakan Starlink akan sasar pasar ritel atau business to customer (B2C).
Jika menelisik lebih dalam, selain risiko teknologi Starlink yang lebih mumpuni karena bisa menjangkau pasar lebih cepat dibandingkan dengan serat optik, risiko lainnya adalah faktor harga layanan.
Ada kemungkinan layanan Starlink lebih terjangkau dari layanan jaringan pengalur ataupun jaringan internet tetap ke rumah atau fiber to the home (FTTH).