Perbandingan Tarif Layanan Starlink di Negara Asean vs Indihome, XL Home Cs

Crysania Suhartanto
Kamis, 14 September 2023 | 12:00 WIB
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran satelit orbit rendah milik Elon Musk mengancam keberadaan industri telekomunikasi di Tanah Air. 

Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini pernah mengatakan kehadiran Elon Musk bisa membabat habis bisnis operator seluler. 

“Apalagi sekarang muncul pemain baru yang nantinya akan mendunia kalau Elon Musk muncul, sudah masuk ke sini dan kita tidak mendapatkan playfield yang sama. Wah, itu mungkin bisa dibabat habis,” ujar Dian, Kamis (24/8/2023).

Ancaman dibabat habis inipun dipertegas dengan ucapan Menteri Kemenkominfo Budi Arie Setiadi yang mengatakan Starlink akan sasar pasar ritel atau business to customer (B2C).

Jika menilisik lebih dalam, selain risiko teknologi Starlink yang lebih mumpuni karena bisa menjangkau pasar lebih cepat dibandingkan dengan serat optik, risiko lainnya adalah faktor harga layanan. 

Ada kemungkinan layanan Starlink lebih terjangkau dari layanan jaringan pengalur ataupun jaringan internet tetap ke rumah atau fiber to the home (FTTH), jika Elon Musk bersedia menggelontorkan subsidi yang lebih besar.

Dikutip dari laman resmi Starlink, harga layanan di tiap-tiap daerah cukup bervariasi, pun dengan kecepatannya.

Mulai dari yang paling dekat dengan Indonesia, Malaysia. Di negara tetangga kita ini, layanan Starlink dapat dibanderol dengan harga MYR2200 atau sekitar Rp722.004 per bulan (kurs: Rp3.281/MYR). 

Adapun kecepatan internet Starlink di Malaysia adalah sekitar 16-25 mbps untuk mengunggah dan 70-149 mbps untuk mengunduh. Starlink di Malaysia pun memiliki latensi sekitar 113-186 mbps.

Kemudian Starlink juga sudah ada di Australia. Layanan Starlink dihargai dengan harga AS$139 atau senilai Rp1,3 juta (kurs: Rp9.864/AU$).

Kecepatan internet Starlink di Australia pun berbeda-beda di setiap bagian daerahnya. Di Melbourne, kecepatan unggah ada di harga 11-20 mbps, unduh 84-177 mbps, serta latensi sebesar 40-48 milidetik. 

Sementara di Perth kecepatan unggah sekitar 15-27 mbps, unduh sekitar 136-231 mbps, serta latensi sebesar 30-40mbps.

Selanjutnya, layanan di Nigeria, Afrika, negara yang menjadi patokan Luhut dalam negosiasi harga Starlink dengan Elon Musk.

Diketahui, layanan di Nigeria dipatok dengan harga NGN38.000 atau sekitar Rp781.800 (kurs: Rp20,57/Nigerian Naira). Kemudian, kecepatan unggah di Nigeria sebesar 12-25 mpbs, unduh 84-159 mpbs, serta latensi 30-50 milidetik.

Merujuk pada data-data tersebut, maka dapat sedikit ditarik kesimpulan bahwa rata-rata kecepatan unduh yang diberikan Starlink di negara-negara itu berada di atas 100 Mbps. Rata-rata kecepatan unggah nampak lebih rendah. 

Untuk harga, cenderung bervariasi mulai dari Rp700.000 per bulan hingga Rp1,3 juta per bulan. 

Starlink belum mengumumkan secara resmi harga layanan mereka ketika nanti datang di Indonesia. Elon Musk dan Pemerintah Indonesia masih sibuk membahas mengenai bisnis model. 

Namun, sekali bisnis model telah ditemukan, Starlink Elon Musk akan hadir di Indonesia. Menawarkan internet cepat dengan harga yang bersaing, dengan pemain internet tetap di dalam negeri.  

Lantas, Bagaimana dengan Harga Internet Tetap Pemain di Indonesia untuk kecepatan 100 Mbps?

Dikutip dari laman Biznet, layanan fixed broadband berlogo biru ini dapat dibanderol dengan harga Rp575.000/bulan dengan kecepatan maksimal 100 mbps. 

Kemudian, MyRepublic untuk paket Nova dengan kecepatan maksimal 100 Mbps. Adapun wifi yang terkenal untuk para gamers, layanannya dihargai sebesar Rp639.640/bulan.

Selanjutnya, paket JITU 1P dari IndiHome milik Telkomsel ada di harga sekitar Rp425.000/bulan dengan kecepatan yang sama.

Terakhir, paket Smart dari Satu XL dibanderol dengan harga Rp334.000/bulan dengan kecepatan yang sama.

Dari sisi harga, layanan internet tetap operator Indonesia nampak lebih terjangkau dibandingkan dengan Starlink. Namun, kondisi ini bisa berubah jika Elon Musk berambisi untuk menguasai pasar Indonesia dengan ‘bakar uang’. 

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, Starlink memiliki latensi yang cukup tinggi, yakni dengan rata-rata sekitar 25 milidetik. Alhasil dikutip dari laman Starlink, satelit ini hampir tidak bisa untuk menunjang live streaming, game online, video call, serta kegiatan lain yang membutuhkan latensi rendah.

Selain itu, jika dibandingkan harga di Malaysia dan Nigeria, harga internet Starlink masih jauh lebih mahal daripada harga internet rumahan yang sudah ada di Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper