Ternyata, Starlink Elon Musk Jualan Data Secara Ngecer di Negara Lain

Crysania Suhartanto
Rabu, 13 September 2023 | 18:09 WIB
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) Starlink milik Elon Musk disebut memang melayani pasar ritel di sejumlah negara. Sejumlah perangkat penangkap sinyal Starlink pun melimpah di platform dagang-el (e-commerce). 

Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura mengatakan di beberapa negara, antena penghubung satelit dengan gadget dijual di e-commerce.

“Starlink memang ritel, saya sudah tahu. Makanya saya bingung kenapa mereka harus sembunyi-sembunyi dahulu [untuk jualan ritel]” ujar Tesar kepada Bisnis, Rabu (13/9/2023).

Berdasarkan penulusuran Bisnis, antena dan receiver Starlink sudah dapat ditemui di plaform e-commerce Tokopedia, Shopee, Amazon, hingga eBay. Perangkat tersebut dibanderol dengan harga mulai dari Rp1 juta - Rp9 juta tergantung spesifikasi perangkat. 

Menariknya, barang yang dijual di keempat platform tersebut juga dapat dikirimkan ke Indonesia.  Lebih lanjut, aplikasi untuk langganan Starlink juga sudah dapat diunggah di Indonesia. 

Adapun di Asia sendiri, Starlink sudah masuk ke Malaysia, Filipina, dan Jepang. Untuk di seluruh dunia, Starlink sudah masuk ke 80 persen wilayah Eropa, benua Australia, serta 70 persen benua Amerika. Di beberapa negara di benua tersebut, Starlink berjualan secara ritel.

Dikutip dari laman Starlink, untuk di Indonesia sendiri, dituliskan layanan akan tersedia pada 2024. 

Adapun, harga layanan dan perangkat akan berbeda-beda di setiap negara. Di Malaysia, harga layanan Starlink per bulannya adalah sekitar Rp722.927 (MYR220). Sementara  seperangkat receiver Starlink dapat dibanderol dengan harga Rp7,5 juta (MYR2.300). 

Selanjutnya di Australia, perangkat Starlink dapat dibeli dengan harga Rp5,9 juta (AS$599) dengan layanan seharga Rp1,3 juta (AU$139).

Kemudian, seperangkat receiver Starlink di Britania Raya dikenakan harga Rp8,6 juta (£449) hingga Rp46,1 juta (£180). Sementara untuk jasa layanan itu sendiri, dapat dibanderol dengan harga Rp1,4 juta (£75) untuk layanan normal dan Rp3,4 juta (£180) untuk layanan prioritas.

Tesar mengatakan internet Starlink dapat beroperasi di Indonesia jika perangkat yang digunakan telah memiliki frekuensi yang sesuai. Permasalahan Starlink untuk beroperasi di Indonesia adalah perizinan. 

Menurut Tesar, untuk memberikan layanan internet di Indonesia, Starlink belum memiliki sejumlah izin yang diperlukan, mulai dari izin frekuensi, hak labuh, dan izin menjadi penyedia jasa internet (ISP). 

Adapun jika Starlink tetap nekat memberikan layanan internet ke Indonesia tanpa mengantongi izin, menurutnya, Starlink telah melakukan tindakan yang ilegal. 

“Belum boleh sekarang [untuk ritel] tetapi nanti ketika Starlink daftar sebagai ISP, maka boleh layani ritel. Kuncinya di APJII”

Sementara itu Ketua Umum APJII Muhammad Arif menyatakan ketidaksetujuannya terkait Starlink yang menyasar pasar retail atau business to consumer (B2C).

Hal ini dikarenakan  pihaknya ingin Starlink tetap bekerja sama dengan internet service provider (ISP) lokal, seperti Telkomsel, Indosat, XL, Smartfren, dan lain-lain. 

“Saya tidak setuju. Pengennya kerja sama dengan ISP lokal,” ujar Arif. 

Lebih lanjut, Arif juga  mengatakan pihaknya akan meminta pada Kementerian Komunikasi dan informatika (Kemenkominfo) untuk memberikan Starlink perlakuan yang sama dengan ISP lainnya.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan bahwa satelit orbit rendah Starlink milik Elon Musk langsung jualan ke pasar ritel atau business to customer (B2C), tanpa melibatkan operator lokal seperti Telkom Cs. 

Meski demikian, Budi meminta agar ISP tak perlu khawatir karena pemerintah akan menerapkan tingkat persaingan yang adil.  

“Ya, selama ini akhirnya dengan Starlink memasukkan, memasukkan ke B2C (business to customer). Kalau bahasa gampangnya ritel. Kalau bisa di daerah-daerah yang 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar),” ujar Budi saat ditemui wartawan di Gedung DPR, Selasa (12/9/2023).  

Budi mengatakan pemerintah akan menerapkan tingkat persaingan yang sama antara satelit orbit rendah Starlink milik Elon Musk dengan perusahaan penyedia jasa internet (ISP) dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper