Bisnis.com, JAKARTA – Larangan penggunaan iPhone yang dikeluarkan pemerintah China untuk perangkat negara sukses memicu kekhawatiran para investor perusahaan. Namun, diketahui tindakan keras China itu hanya berdampak pada 1 persen penjualan iPhone di China.
Minggu lalu, pemerintah China melarang seluruh pejabat negara hingga pekerja BUMN untuk menggunakan iPhone dalam pekerjaan mereka. Hal ini disinyalir sebagai tanggapan atas usul pelarangan total ekspor teknologi ke Huawei yang dicanangkan anggota kongres AS usai Huawei memamerkan teknologi mutakhir di Mate 60 Pro terbarunya.
Di sisi lain, langkah pemerintah China ini juga disebut sebagai cara membuat penjualan Huawei Mate 60 Pro lebih unggul ketimbang iPhone 15 yang rilis hari ini.
Apapun itu, intervensi pemerintah China dalam ketegangan teknologi dengan AS ini sempat menyalakan kekhawatiran para investor Apple. Pasalnya, saham perusahaan mengalami penurunan nilai hingga US$200 miliar atau sekitar Rp3.060 triliun pascapelarangan penggunaan iPhone untuk pejabat China.
Namun larangan tersebut kemungkinan hanya akan berdampak pada sekitar 500.000 unit iPhone, alias 1,1 persen dari 45 juta unit smartphone yang diperkirakan akan dijual di China di tahun berikutnya, seperti dikutip dari Business Insider, Selasa (12/9/2023).
Seorang analis di Evercore ISI, firma penasihat perbankan dan investasi AS, Amit Daryanani mengatakan bahwa investor tidak perlu terlalu khawatir terhadap larangan tersebut.
“Judulnya negatif bagi Apple, tetapi tidak jelas seberapa besar dampaknya karena pejabat partai kemungkinan besar sudah menghindari penggunaan produk Amerika di tempat kerja jauh sebelum larangan resmi diberlakukan,” ujar Daryanani.
Di samping itu, Apple memiliki 1 juta karyawan di China dan menyokong sekitar 4 juta pekerjaan lainnya melalui ekosistem manufaktur dan teknologi perusahaan, menurut situs web perusahaan di China. Oleh karena itu, Daryanani mengatakan, kecil kemungkinan bagi Beijing untuk menerapkan pembatasan lebih lanjut.
“Kecuali Apple mulai memindahkan rantai pasokan keluar dari China pada tingkat yang membuat China tidak nyaman,” tuturnya.
Larangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China, yang terperosok dalam perang teknologi. Larangan yang diberlakukan China terhadap merek perangkat asing di lembaga-lembaga pemerintah sesungguhnya tak jauh berbeda dengan larangan yang diterapkan di AS, misalnya larangan di New York terhadap aplikasi TikTok pada perangkat milik pejabat pemerintah. (Lydia Tesaloni Mangunsong)