Bisnis.com, JAKARTA – China disebut akan meluncurkan dana investasi baru sebesar 300 miliar yuan atau sekitar Rp614,4 triliun untuk mengembangkan chip semikonduktor.
Langkah tersebut dilakukan China untuk mengatasi tekanan regulasi Amerika Serikat yang membatasi ekspor komponen Chip ke Negeri Panda.
Dana ini kemungkinan merupakan dana terbesar dari tiga dana yang diluncurkan oleh Dana Investasi Industri Sirkuit Terpadu China, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (6/9/2023). Salah satu bidang yang difokuskan untuk pendanaan ini ialah produksi chip.
Jumlah ini menjadi yang terbesar dibandingkan pada 2014 dan 2019, yang menurut laporan pemerintah, masing-masing mengumpulkan 138,7 miliar yuan atau sekitar Rp290,1 triliun dan 200 miliar yuan atau sekitar Rp418,3 triliun.
Dana besar-besaran itu disebut telah disetujui oleh para pemegang otoritas China dalam beberapa bulan terakhir. Kementerian Keuangan China disebut berencana memberikan kontribusi sebesar 60 miliar yuan atau sekitar Rp125,5 triliun.
Presiden China, Xi Jinping, sebelumnya telah menekankan urgensi mencapai swasembada semikonduktor. Kebutuhan tersebut menjadi semakin mendesak setelah Washington memberlakukan serangkaian tindakan pengendalian ekspor selama beberapa tahun terakhir, dengan alasan kekhawatiran bahwa Beijing dapat menggunakan chip canggih untuk meningkatkan kemampuan militernya.
Pada bulan Oktober, AS mengeluarkan sejumlah sanksi penting yang memotong akses China terhadap peralatan pembuatan chip canggih. Perusahaan produksi smartphone Huawei menjadi salah satu yang terdampak. Di samping itu, sekutu AS, Jepang dan Belanda, juga turut mengambil langkah serupa.
Nyatanya, China lewat spesifikasi Huawei Mate 60 Pro yang didorong dengan chip Kirin 9000s berteknologi canggih 7 nanometer berhasil menembus pembatasan AS. Ahli menyebutkan, hal ini menunjukkan kemajuan teknis yang dapat dicapai oleh industri semikonduktor China tanpa alat EUV.
“Pada saat yang sama, hal ini merupakan tantangan geopolitik yang besar bagi negara-negara yang berupaya membatasi akses China terhadap teknologi manufaktur yang penting. Dampaknya mungkin akan menjadi pembatasan yang lebih besar dibandingkan yang ada saat ini,” ujar analis TechInsights Dan Hutcheson.
Dengan kata lain, kemajuan China mungkin akan menciptakan lebih banyak perdebatan di AS mengenai efektivitas sanksi dan mendorong kongres untuk memasukkan sanksi teknologi yang lebih keras ke dalam rancangan undang-undang persaingan usaha yang sedang dipersiapkan untuk melawan China.
Namun proses pengumpulan dana China kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan. Belum jelas kapan dana ketiga akan diluncurkan atau apakah rencana tersebut akan mengalami perubahan lebih lanjut.
Pendukung dua dana besar Big Fund sebelumnya adalah Kementerian Keuangan dan BUMN besar seperti China Development Bank Capital, China National Tobacco Corporation, dan China Telecom.
Selama bertahun-tahun, Big Fund telah memberikan pembiayaan kepada dua pabrik pengecoran chip terbesar di China, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) dan Hua Hong Semiconductor, serta sejumlah perusahaan kecil seperti perusahaan pembuat memori flash Yangtze Memory Technologies. (Lydia Tesaloni Mangunsong)