Bisnis.com, JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menilai satelit orbit bumi rendah (LEO) Starlink milik Elon Musk merupakan teknologi baru yang masih butuh banyak persiapan.
Terlalu dini untuk menyebut Starlink sebagai ancaman bagi emiten telekomunikasi karena teknologinya.
VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko mengatakan teknologi LEO High Throughput Satellite (HTS) yang diusung oleh SpaceX melalui layanan Starlink adalah suatu keniscayaan dalam industri satelit.
Saat ini, bisnis LEO terindikasi masih merupakan hal yang baru di Indonesia setelah sekian lama bisnis satelit didominasi oleh satelit GEO. Telkom tidak menyebut LEO Starlink akan menggerus bisnis emiten telekomunikasi.
“Tentunya pada tahap ini diperlukan adanya penyesuaian baik secara kesiapan infrastruktur di bumi maupun model bisnis, serta dengan tetap menjaga governance terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh regulator,” kata Andri kepada Bisnis, Selasa (29/8/2023).
Diketahui, Starlink milik Elon Musk resmi masuk dan mendapatkan izin beroperasi pada Juni 2022. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyampaikan bahwa PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak usaha Telkom membeli kapasitas dari Starlink.
Baca Juga Bos XL Axiata (EXCL) Mulai Cemas dengan Starlink Elon Musk: Industri Telko Bisa Dibabat Habis |
---|
Telkomsat mendapatkan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO). Starlink pun akan digunakan untuk keperluan layanan backhaul Telkom Group.
Merujuk pada Permen Kominfo Nomor 21 tahun 2014, Hak Labuh (Landing Right) Satelit adalah hak untuk menggunakan Satelit Asing yang diberikan oleh Menteri kepada Penyelenggara Telekomunikasi atau Lembaga Penyiaran.
Alhasil, nanti pada praktiknya, satelit Starlink kemungkinan akan disewa oleh Telkomsat untuk memberikan bentuk layanan jaringan internet tertutup ke pelanggan korporat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Starlink Elon Musk akan beroperasi di Timur Indonesia.
“Oleh karena itu kita sepakat dengan Elon untuk Starlink masuk di Indonesia bagian timur,” kata Luhut di Instagram pribadinya.
Sementara itu, dalam sebuah acara diskusi, muncul persepsi bahwa kehadiran internet Elon Musk, berisiko memakan bisnis operator seluler, terlebih jika satelit ini tidak memiliki peraturan yang sama dengan para pemain operator seluler.
Diketahui SpaceX sempat mengeklaim bahwa Starlink mampu menawarkan kecepatan internet hingga 350 Mbps di setiap penerbangan. Namun sumber lain menyebut kecepatannya hanya 160 Mbps, bagaimana pun kecepatan tersebut masih 8 kali lebih cepat dari rata-rata kecepatan layanan seluler Indonesia yang menurut laporan Ookla sekitar 21 Mbps (unduh).