Bisnis.com, JAKARTA - Elon Musk, pemilik perusahaan transportasi luar angkasa SpaceX, menolak permintaan Ukraina terkait pengiriman pesawat tak berawak berisi peledak. Pesawat tersebut rencananya diangkut dan dilontarkan dari satelit Starlink untuk melawan Rusia.
Dikutip dari Business Insider, Selasa (1/8/203) Musk tidak ingin Starlink yang merupakan satelit perusahaannya digunakan untuk serangan jarak jauh.
Hal inipun secara tidak langsung menghancurkan rencana pertempuran Ukraina melawan Rusia.
Sebagai informasi, sejak Februari 2022, Ukraina sudah mengandalkan Starlink untuk jaringan internet dan komunikasi. Hal ini dikarenakan Starlink memiliki ribuan satelit di orbit, sehingga dapat menyediakan layanan internet hingga ke daerah terpencil.
Selain itu, Starlink juga memungkinkan pilot drone untuk menemukan dan menyerang target dalam waktu sekitar satu menit. Waktu ini jauh lebih cepat daripada teknologi sebelumnya yang dapat menyerang dalam waktu 20 menit.
Tak ayal, hanya dalam empat bulan sejak pertama kali Starlink diaktifkan, satelit ini sudah memiliki sekitar 150.000 pengguna per harinya.
Hal ini juga menjadikan Starlink sebagai salah satu satelit yang paling diandalkan dalam perang ini. Menteri Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov bahkan menyatakan Starlink sebagai darah dari seluruh infrastruktur Ukraina saat ini.
Kendati demikian, perlu diakui bahwa hubungan Elon Musk dengan Ukraina tidak selalu baik.
Pada September 2022, Elon pernah memblokir akses internet Starlink di Krimea karena khawatir akan membuat konflik meningkat.
Selain itu, dikutip dari NDTV, pada Februari 2023 Elon kembali membatasi akses internet di Krimea. Hal ini dikarenakan menurutnya teknologi tersebut dapat membuat terjadinya perang dunia ketiga.