Bisnis Penyiaran Tetap Cerah Setelah ASO, Kemenkominfo: Masyarakat Fanatik Nonton TV

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 25 Juli 2023 | 13:03 WIB
Proses syuting sebuah program televisi di SCTV, salah satu stasiun televisi yang dikelola PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) /scm.co.id
Proses syuting sebuah program televisi di SCTV, salah satu stasiun televisi yang dikelola PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) /scm.co.id
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa jumlah iklan yang masuk ke lembaga penyiaran swasta makin banyak seiring dengan upaya mereka dalam mengembangkan siaran digital.

Para pemasang iklan menyambut positif hadirnya siaran digital.Kemenkominfo tidak melihat penghentian siaran analog (analog switch off/ASO) sebagai hambatan bagi pengiklan untuk beriklan di lembaga penyiaran swasta (LPS). 

Direktur Penyiaran Ditjen PPI Kemenkominfo Geryantika Kurnia mengatakan ASO memberi dampak positif bagi industri penyiaran. Pasalnya, jumlah penonton pada saat ASO dan sebelum ASO relatif tidak jauh berbeda. Sementara itu, dari sisi kualitas gambar dan suara lebih baik. 

Data Nielsen menyebutkan sebelum ASO, jumlah penonton televisi mencapai sekitar 130 juta. Adapun ketika siaran analogi dihentikan dan beralih ke digital, jumlah penonton siaran digital mencapai sekitar 124 juta per Juli 2023. 

Para pemasang iklan yang sempat menunggu hasil dari penetrasi siaran digital mulai memasang iklan kembali di televisi. 

“Sekarang dengan penetrasi televisi digital yang makin bagus, pemasang iklan tidak wait and see lagi. Mereka kembali beriklan ke televisi karena penonton televisi Indonesia adalah salah satu penonton yang fanatik. Data Nielsen kalau tidak salah, 90 persen [masyrakat Indonesia] masih menonton televisi,” kata Gery kepada Bisnis, dikutip Selasa (25/7/2023). 

Gery menambahkan alasan masyarakat Indonesia masih menonton televisi didorong oleh konten-konten berkualitas yang disajikan lembaga penyiaran. 

Gery tidak menampik bahwa saat awal ASO diberlakukan sempat terjadi penurunan pemasukan dari advetorial di industri penyiaran. Gery menjelaskan bahwa hal itu bukan disebabkan oleh ASO tetapi karena pandemi Covid-19 yang membuat perusahaan memangkas anggaran iklan mereka. 

Adapun saat ASO sudah sudah berjalan dan lembaga penyiaran mulai memadamkan siaran analog dan mengaktifkan siaran digital, maka advetorial kembali masuk ke perusahaan penyiaran. 

“Intinya saling berkaitan antara pengiklan dan penetrasi digital,” kata Gery. 

Dari sisi infrastrukutur, Gery mengatakan saat ini dari 687 stasiun televisi yang tersebar di 112 wilayah layanan, hanya tersisa 14 lembaga penyiaran swasta yang belum menyiarkan siaran analog. 

Gery belum dapat memberitahu letak masing-masing LPS yang belum beralih ke siaran digital karena lokasinya yang tersebar luas. Hanya saja dia memastikan bahwa belasan LPS yang akan beralih ke digital itu, sedang dalam proses menjalin kerja sama dengan LPS lain. 

“Mereka [14 LPS] adalah televisi lokal yang tidak memiliki jaringan secara nasional. Untuk pemain televisi besar sudah tidak ada isu,” kata Gery kepada Bisnis. 

Adapun untuk ekosistem siaran digital, kata Gery, data Nielsen menunjukkan bahwa per 1 Juli 2023 jumlah penonton televisi di seluruh Indonesia mencapai sekitar 130 juta penonton. Dari jumlah tersebut, sekitar 124 juta telah beralih dan menonton siaran digital. 

Dengan jumlah tersebut, kata Gery, maka penonton yang masih menonton siaran analog sekitar 5 persen atau 6 juta penonton. 

Gery melanjutkan jika dikaitkan dengan standar Badan Pusat Statistik (BPS) di mana satu rumah tangga berisi 4 orang, maka total ada sekitar 1,5 juta rumah tangga yang masih menonton siaran analog.  

“Untuk ekosistem set top box  (STB)dan televisi digital juga tidak ada isu. Kata Gabungan Perusahaan Industri Elektronik dan Alat-alat Listrik Rumah Tangga Indonesia (Gabel) sudah overproduksi. Jadi di masyarakat tidak ada isu kapanpun mereka ingin membeli. Harga normal, harga pabrik,” kata Gery. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper