Bisnis.com, JAKARTA - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tumbuh makin pesat. Bahkan, ditenggarai turut mengambil peran dalam strukturisasi organisasi yang terjadi di Grab Holding Limited.
Secara implisit CEO Grab Anthony Tan mengatakan pemangkasan lebih dari 1.000 karyawan Grab, salah satunya disebabkan perkembangan teknologi yang begitu cepat, termasuk kecerdasan buatan.
“Kita harus bisa beradaptasi di manapun kita berada. Perubahan tak pernah terjadi secepat sekarang. Teknologi seperti Generative AI terus berevolusi dengan luar biasa cepat. Biaya modal mengalami peningkatan, yang berdampak langsung pada lanskap persaingan,” dalam pesan surel yang disebar Tan ke Grabbers, sebutan untuk karyawan Grab.
AI sendiri memang tumbuh pesat. Beberapa perusahaan teknologi mulai berinvestasi di AI, yang sebelumnya atau setelahnya diikuti dengan pemangkasan karyawan.
Perusahaan teknologi raksasa asal Dublin, Irlandia, Accenture bakal mengucurkan investasi senilai US$3 miliar untuk menambah jumlah pekerja di sektor artificial intelligence (AI).
Mengutip The Register, Rabu (14/6/2023) investasi tersebut dilakukan setelah Accenture memangkas sebanyak 19.000 tenaga kerjanya pada Maret tahun ini.
Kepala dan CEO Accenture Julie Sweet mengatakan perusahaan berencana memperkuat fondasi penggunaan teknologi AI yang dinilai sudah cukup matang bagi industri.
“Investasi diperlukan karena perusahaan akan membangun fondasi teknologi yang kuat dengan adaptasi AI,” kata Sweet.
Keputusan ini diambil kira-kira setahun setelah perusahaan mengimplementasikan secara masif penggunaan salah satu teknologi AI yang sedang marak, yakni ChatGPT.
Raksasa telekomunikasi Inggris, BT, juga dikabarkan bakal melakukan PHK terhadap 40.000-55.000 karyawannya hingga 2030. Mayoritas pegawai yang terkena PHK berada di Inggris.
"Kapan pun Anda mendapatkan teknologi baru, Anda bisa mendapatkan perubahan besar," kata kepala eksekutif BT, Philip Jansen, dikutip dari BBC.
Dia mengatakan bahwa alat "AI generatif" seperti ChatGPT, dapat bekerja seperti manusia, sehingga perusahaan yakin untuk memperluas teknologi ini
Kembali ke Tan, dalam suratnya, dia mengataka bahwa PHK bertujuan untuk untuk memposisikan Grab agar tetap kompetitif dan berhasil dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Direktur Chelios Bhima Yudhistira sependapat dengan Tan. Namun untuk AI sebagai alasan PHK Karyawan, Menurutnya, hal tersebut tidak relevan.
Sejak dahulu fitur chatbox di aplikasi ride hailing sudah ada. Pengembangan AI dibagian back office atau IT, tetapi bisnis ride hailing lebih menitikberatkan pada konsistensi kenaikan jumlah konsumen dan pengemudi.
Menurut Bhima, faktor utama penyebab PHK adalah kondisi makro ekonomi global yang mempengaruhi suntikan modal ke ride hailing, tuntutan investor agar cepat meraih profitabilitas jangka pendek, naiknya inflasi, suku bunga, besarnya kebutuhan promosi untuk jaga loyalitas konsumen, hingga penutupan lini bisnis yang merugi.
Dampak ke Persaingan
Bhima juga menilai taktik Tan dalam melakukan restrukturisasi organisasi akan membuat Grab makin kompetitif, menarik pelanggan loyal kompetitor, sekaligus mempersulit Gojek untuk mendapat pelanggan baru. Napas Grab dinilai makin panjang untuk tebar promo.
“Penggunaan penghematan dari PHK untuk mendanai promo tambahan bisa menjadi ancaman bagi pesaing dalam mendapatkan pelanggan baru," jelas Bhima kepada Bisnis pada Rabu (21/6/2023).
Bhima mengatakan selama tarif per km layanan tetap sama dan lebih terjangkau dari pesaing - seperti Gojek, Maxim dan inDrive - maka loyalitas konsumen dapat tetap terjaga.
"Jika Grab gunakan penghematan karyawan untuk membiayai tambahan promo, dapat berdampak ke sulitnya para pesaing mendapat pelanggan baru," kata Bhima.
Sependapat, Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai Grab akan menggunakan dana efisiensi untuk pemberian promo.
Masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada harga (price oriented consumer) pasti mempertimbangkan harga dalam penggunaan ride hailing.
“Jadi ini akan menjadi strategi guna bersaing dengan Gojek, Maxim, ataupun InDrive,” kata Huda.
Huda juga mengatakan ada potensi Gojek meniru langkah Grab, jika Gojek juga tertarik untuk mengimbangi taktik Tan yang menyeret pada persaingan bakar uang.
Tidak diketahui, apakah dana untuk napas panjang Gojek nantinya berasal dari restrukturisasi organisasi, pemanfaatan teknologi yang lebih efisien ataupun suntikan modal.
“Apakah akan meneruskan persaingan bakar uang atau tidak. Jika bakar uang juga, saya rasa langkah yang sama akan dilakukan oleh kompetitor Grab,” kata Huda.
Sementara itu Ketua Umum Idiec Tesar M. Sandikapura menilai restrukturisasi organisasi juga dapat terjadi di Gojek atau Maxim, ada atau tanpa rencana untuk tebar promo.
Hal itu dilakukan agar pemain ride hailing dapat tumbuh dan mencapai profit. Cara tercepat dengan restrukrisasi organisasi.
"Bakar duit sudah habis karena tidak ada lagi investor. Profit dikejar hanya dengan 2 cara yaitu turunkan ongkos operasional opex atau naikin harga," kata Tesar.