Merah Putih Fund Penting bagi Startup Walaupun Terlambat

Rahmi Yati
Rabu, 7 Juni 2023 | 18:20 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran lembaga pendanaan gabungan BUMN untuk startup, Merah Putih Fund (MPF) dinilai penting bagi perusahaan rintisan walaupun kemunculannya terbilang telat.

"Pendanaan ini penting bagi mereka walaupun memang terlambat, tetapi saya rasa masih bisa menyelematkan beberapa perusahaan startup digital," kata Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda kepada Bisnis, Rabu (7/6/2023).

Dia menuturkan MPF memberikan angin segar bagi pendanaan startup digital di Indonesia. Apalagi, di tengah adanya kekeringan pendanaan bagi startup digital lokal. 

Startup digital dapat memanfaatkan dana dari perusahaan modal ventura patungan BUMN tersebut agar mampu bertahan dari turbulensi ekonomi digital saat ini, termasuk menghindari strategi PHK karyawan. 

Adapun Merah Putih Fund merupakan gabungan dari modal ventura milik BUMN yaitu Mandiri Capital, BRI Venture, MDI Venture, Telkomsel Mitra Inovasi dan BNI Ventures.

Chief Project Manager Officer Merah Putih Fund (MPF) Eddi Danusaputro mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan peluncuran resmi Merah Putih Fund. 

Jika tidak ada hambatan, rencananya lembaga pendanaan gabungan BUMN untuk startup itu akan resmi diperkenalkan pada bulan ini.

“Estimasi akan ada acara resmi [launching] pada akhir Juni 2023,” kata Eddi.

Eddi mengatakan sesuai komitmen awal, MPF memiliki dana kelola sebesar US$300 juta atau Rp4,4 triliun. Selanjutnya, mereka akan mencari Investees, perusahaan tempat modal ventura menaruh modal nanti pada tahun ini.  

“Kami langsung cari investees,” tegasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis terdapat beberapa kriteria umum startup yang akan dilirik oleh Merah Putih Fund. Pertama, founders harus warga negara Indonesia. Kedua, perusahaan harus berdiri dan beroperasi di Indonesia. 

Ketiga, harus memiliki roadmap ataupun rencana exit di Indonesia. Exit strategy bukan hanya melantai di bursa, tapi bisa jadi merger and acquisition yang dilakukan di Indonesia. 

"Keempat, ini masih bentuk range. Kami tidak kaku tapi harus ada patokan. Pre-money valuation-nya harus di kisaran US$200 juta atau growth stage, karena kami mengelola uang BUMN, sehingga early stage itu terlalu risky buat kita," kata Eddi beberapa waktu lalu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper