APJII: Potensi Pelanggan Bisnis Fixed Broadband Masih Luas

Rahmi Yati
Selasa, 25 Oktober 2022 | 19:54 WIB
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif melihat potensi pelanggan di bisnis fixed broadband masih terbuka lebar, kendati saat ini mulai tampak persaingan yang ketat.

Pasalnya, Indonesia sendiri merupakan pangsa pasar yang besar. Menurut data APJII, dari 250 juta lebih penduduk Tanah Air, jumlah pengguna internet di negeri ini pada 2022 mencapai 210 juta orang.

"Dari total pengguna itu, hanya 14,5 persen yang memiliki fasilitas fixed broadband," kata Arif, Selasa (25/10/2022).

Melihat jumlah tersebut, menurutnya potensi pelanggan di bisnis ini masih terbuka lebar. Sayangnya, karakteristik pelanggan layanan fixed broadband atau internet rumah di Indonesia lebih mengutamakan harga ketimbang kualitas.

Hal itu pula, sambung Arif, yang kemudian memicu adanya perang tarif, seperti yang sudah lama terjadi di layanan seluler.

"Konsumen di Indonesia itu harga nomor satu, kualitas nomor dua. Jadi kenapa ada perang harga dan lain-lain, karena ada yang lebih murah Rp20.000 saja pelanggan sudah goyang. Jadi bisa dibilang harga nomor satu,” tutur Arif.

Meski mulai tampak potensi perang tarif, dia menilai perang harga layanan fixed broadband di Indonesia masih dalam batas wajar dan APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis FBB yang sehat.

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno menyebut untuk fixed broadband jaringannya terbuka dan saling terhubung yang membuat pelanggan cenderung melakukan survei terlebih dahulu untuk melihat kualitasnya sebelum memutuskan berlangganan.

Jika sudah berlangganan, lanjut dia, biasanya masyarakat akan sangat sulit untuk beralih ke produk lainnya.

“Untuk menjaga para pelanggannya dari serbuan perang tarif, maka penyedia layanan internet fixed broadband harus kreatif. Misalnya menjaga kualitasnya serta menawarkan paket bundling dengan berbagai layanan streaming untuk menjaga pelanggan maupun menggaet pelanggan baru,” ucap Sarwoto.

Sebagai tambahan, berdasarkan laporan Bank Dunia, pemain fixed broandband masih terbilang sedikit di Indonesia. Artinya, market size bisnis ini masih terbuka lebar.

Mengacu data Media Partner Asia (MPA), penetrasi fixed broadband di Indonesia masih sangat rendah, baru 12,8 persen. Dengan makin meningkatnya pengguna internet, terutama segmen premium, penetrasi itu akan terus meningkat dan pada 2023 diprediksi mencapai 15,9 persen.

Adapun saat ini terdapat sejumlah pemain utama fixed broadband di Tanah Air. Di antaranya Link Net (First Media), IndiHome (Telkom Group), Biznet Home, MyRepublic, MNC Play (MNC Group), dan CBN.

Di sisi operator selular, selain XL Home (XL Axiata), Indosat Ooredoo juga punya layanan sejenis, yaitu GIG (dulu IM2). PLN lewat bendera Iconnet juga turut serta dalam bisnis ini, bahkan menargetkan 20 juta pelanggan hingga 2024.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper