Ekosistem Belum Terbentuk, Pengembang Gim Sulit Raih Pendanaan

Akbar Evandio
Selasa, 4 Mei 2021 | 06:02 WIB
Warga bermain game online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kecanduan game digital sebagai penyakit gangguan mental, masuk kedalam daftar Disorders due to addictive behavior atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan./ANTARA-Rahmad
Warga bermain game online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kecanduan game digital sebagai penyakit gangguan mental, masuk kedalam daftar Disorders due to addictive behavior atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan./ANTARA-Rahmad
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekosistem yang belum terbentuk dinilai menjadi alasan perusahaan rintisan yang berfokus ke pengembangan gim kesulitan untuk meraih pendanaan dari pemodal dalam negeri.

CEO Anantarupa Studio Ivan Chen mengatakan tantangan dan pekerjaan rumah dari sisi pemerintah masih sangat banyak. Ia menyebut sejumlah tantangan mulai dari ekosistem industri gim di Indonesia belum terbentuk, akses pendanaan masih sangat terbatas, hingga terdilusi di ranah ekosistem startup harus dihadapi para pelaku usaha.

“Program pemerintah yang ada sekali lagi hanya terbatas dengan event pameran atau pendataan pelaku yang sudah dilakukan sejak 2015 dan sudah terbukti pemain lokal kita banyak merosot, karena tidak adanya program yang jelas dari pemerintah, ujar Ivan, Senin (3/5/2021).

Dia melanjutkan pada 2020, ada peningkatan pendapatan di industri gim global di luar Asia Tenggara, di mana jumlah investasi dan akuisisi di industri ini meningkat pesat yaitu sebesar 177 persen atau setara dengan Rp195 triliun.

“Tercatat ada 400 investasi di industri gim yang terjadi pada 2020 dan tercatat ada 200 akuisisi perusahaan gim. Jadi total ada 600 transaksi berbentuk investasi atau akuisisi di dalam Industri game selama 2020,” katanya.

Dia mengatakan dari total 600 transaksi tersebut, Tencent berinvestasi pada 31 game developer. Adapun, meningkatnya investasi ini menunjukkan bahwa dalam 5 tahun ke depan industri gim akan memimpin industri konten digital sehingga perlu adanya perhatian ekstra.

Senada, CEO Digital Happiness dan President Director PT Digital Semantika Indonesia Rachmad Imron mengatakan untuk para pemangku kepentingan di industri gim memang masih banyak pekerjaan rumah, salah satunya pembiayaan dan grants dari pemerintah

“Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga untuk funding dan grants dari pemerintah negara lain saja sudah ada bisa mencapai US$2 juta,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan produk Indonesia tidak kalah dengan pengembang gim asing. Bahkan, gim simulasi asal Indonesia, Coral Island, berhasil mengumpulkan US$1,6 juta (sekitar Rp 23,2 miliar) lewat kampanye yang digelar melalui platform urun dana Kickstarter. 

Untuk diketahui, pendanaan tersebut diraih dalam waktu relatif singkat, yakni dari Februari—Maret 2021. Dana dikumpulkan dari hasil urunan 36,374 backers alias donatur yang tersebar di berbagai negara. Bahkan, Coral Island pun dinobatkan sebagai salah satu gim asal Indonesia yang sukses meraih pendanaan terbanyak di Kickstarter.

Berdasarkan riset Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2020, 67,5 persen responden mengaku masih mengandalkan dana pribadi untuk kegiatan produksi dan operasional perusahaan mereka sendiri.

Sementara itu, responden lainnya mendapatkan dana dari angel investment (10,8 persen), venture capital investment (4,8 persen), inkubator atau akselerator (3,6 persen), crowdfunding (1,2 persen), dan sumber pendanaan lainnya (12 persen).

Adapun mayoritas investor yaitu sekitar 60 persen berasal dari dalam negeri, sedangkan dari luar negeri berkisar 30 persen, dan investor gabungan dari keduanya sebesar 10 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper