Bisnis.com, JAKARTA – Nasib slot orbit 146 bujur timur (BT) yang akan digunakan oleh Satelit Multifungsi Satria dinilai tidak akan seperti slot 123 BT kendati memiliki sistem mitigasi risiko yang lebih baik.
Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kanaka Hidayat mengatakan risiko pemerintah kehilangan slot orbit 146 BT lebih kecil, dibandingkan kehilangan slot 123 BT. Pemerintah dinilai telah memiliki sejumlah langkah untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
“Alasannya, proyek ditanggung pemerintah, sehingga kemungkinan tidak berlanjut jauh lebih kecil karena kebutuhannya sudah jelas untuk program USO [universal service obligation] dan program pemerintah lainnya,” kata Kanaka kepada Bisnis.com, Senin (1/3/2021).
Di samping itu, lanjut Kanaka, slot orbit 146 BT juga memiliki filing satelit cadangan, yang dapat diaktifkan jika terjadi suatu hal yang menyebabkan masa berlakunya tidak terpenuhi. Alasan lainnya, pemerintah memiliki rencana cadangan berupa pemanfaatan satelit sementara untuk mengisi orbit (satelit floater) - dengan karakteristik pancaran yang sama- yang diluncurkan sebelum masa berlaku slot orbit habis.
“Memang opsi ini [satelit sementara] menambah biaya, tetapi memastikan slot orbit tidak hilang,” kata Kanaka.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis.com, untuk mengorbitkan satelit floater dibutuhkan dana yang beragam tergantung frekuensi dan berapa lama satelit floater mengorbit. Umumnya dana yang dikeluarkan tidak kurang dari US$10juta untuk 3 bulan.
Dengan dana yang besar tersebut, maka permohonan perpanjangan izin penggunaan slot orbit satelit menjadi langkah yang paling murah untuk menjaga slot orbit satelit.
Sebelumya, Persatuan Telekomunikasi Internasional atau International Telecommunication Union (ITU) meminta pemerintah Indonesia untuk memenuhi sejumlah dokumen sebagai syarat perpanjangan tenggat peluncuran satelit Satria. Beberapa dokumen yang diminta a.l. surat dari pabrikan, revisi rencana implementasi, status pabrikasi satelit, dan lain sebagainya.
Perpanjangan tenggat waktu peluncuran dibutuhkan untuk memastikan slot orbit tempat satelit berlabuh nantinya. Slot orbit terbatas sedangkan satelit yang ingin meluncur sangat banyak, sehingga terjadi antrean.