Bisnis.com, JAKARTA – Satelit Multifungsi Satria diklaim memiliki total kapasitas transmisi satelit sebesar 150 GB per detik untuk melayani 150.000 titik layanan publik. Berbekal kecepatan tersebut, apa manfaatnya bagi Indonesia?
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan satelit Satria mampu menjangkau masyarakat di daerah-daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), sehingga mereka dapat melakukan percakapan, kirim dokumen, hingga melakukan panggilan video melalui ponsel pintar.
Menurutnya, dengan asumsi 1 Mbps dibagi dengan 50 pengguna secara simultan maka kecepatan yang dihasilkan sekitar 20 kbps. Jumlah tersebut diklaim sudah dapat melakukan sejumlah aktivitas di ruang digital.
“Kaitannya dengan digital ekonomi, yang pasti percapakapan video dengan kualitas rendah dan penggunaan aplikasi lokal seperti penjualan ataupun buka web dapat dilakukan berjalan dengan baik,” kata Ian kepada Bisnis.com, Minggu (28/2/2021).
Dia menambahkan jika lalu lintas data makin besar dan transformasi digital atau ekosistem telah terbentuk, tidak susah untuk menaikkan bandwidth dan tidak perlu ada penggantian perangkat.
Alhasil daerah 3T yang sebelumnya tidak tersentuh internet menjadi kota terdepan yang memiliki jaringan internet.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan dengan total kapasitas transmisi satelit Satria 1 yang mencapai 150GB, akan terdapat 150.000 titik layanan publik yang mendapatkan akses internet dengan koneksi sebesar 1 Mbps.
Adapun 150.000 titik layanan publik tersebut terdiri dari 3.700 fasilitas kesehatan; 93.900 sekolah dan pesantren; 47.900 kantor desa dan kelurahan; dan 4.500 titik layanan publik lainnya.
"Dengan total kapasitas transmisi satelit sebesar 150 Gbps maka setiap titik akan mendapatkan kapasitas dengan kecepatan 1 Mbps," ujar Johnny.