Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menduga penutupan layanan Switch Mobile disebabkan pasar tidak antusias dan kurang nyaman dengan metode transaksi pembelian kartu prabayar digital tersebut.
Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Nonot Harsono mengatakan produk prabayar digital merupakan salah satu cara operator seluler untuk mengincar pasar yang mencari pulsa dengan harga murah. Operator berusaha mengelompokkan pelanggan berdasarkan kemampuan daya beli yang dimiliki melalui aplikasi.
Strategi tersebut, kata Nonot, sudah diterapkan dahulu tetapi tidak menggunakan aplikasi. Operator mengeluarkan merek SIM berbeda untuk penggunan jaringan yang sama, misalnya, Kartu As, Simpati, Matrix, Simpati dan lain sebagainya.
Adapun mengenai gagalnya produk prabayar digital berbasis aplikasi untuk bertahan, dugaan Nonot, karena masyarakat kurang nyaman dan merasa ‘dipaksa’ menggunakan uang elektronik untuk membeli produk tersebut.
“Mungkin karena 'dipaksa' menggunakan e-money [untuk transaksi]” kata Nonot kepada Bisnis.com, Rabu (27/1/2021).
Untuk diketahui, untuk memesan kartu perdana Switch masyarakat diharuskan melakukan sejumlah prosedur mulai dari memastikan ketersediaan jaringan 4G di sekitar tempat tinggal, terhubung dengan aplikasi, hingga tersedianya saldo yang cukup di dompet digital mereka.
Pasalnya, metode pembayaran untuk memesan Switch harus melalui virtual account atau e-wallet. Di samping itu, semua transaksi dengan metode pembayaran apapun hanya dapat dilakukan melalui aplikasi Switch.
Nonot juga berpendapat berhenti beroperasinya layanan Switch dan pengalihan pelanggan mereka ke Smartfren karena alasan efisiensi sudah tepat. Pasalnya, Smartfren dapat menghadirkan produk dengan harga dan kualits yang sama tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bekerja sama dengan vendor lain.